BANDAR LAMPUNG (lampungbarometer.com): Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung Drs. Sumarju Saeni, M.Si. menerima kunjungan Tenaga Ahli Penanganan Fakir Miskin Kemensos RI, Indra Jaya didampingi Pengurus Koperasi Jaringan Masyarakat Indonesia Sejahtera (KJMIS) Chrisny dan Kabag Keuangan Dirjen PFM Sugiarto, Kamis (16/8/2018) di ruang kerjanya. Setelah meninjau langsung pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Metro, Rabu (15/8/2018) menginspirasi Tenaga Ahli untuk mengembangkan e-warong lebih luas lagi. Dengan transaksi di e-warong menggunakan e-kasir banyak memberikan dampak positif terhadap Keluarga Penerima Manfaat (KPM), antara lain mengubah pola pikir KPM tentang teknologi. “Awalnya mereka takut dengan komputer, tapi setelah menggunakan ternyata mempermudah dalam usahanya. Selain itu, lebih transparan dan jelasnya tidak merepotkan,” kata Indra Jaya. Lebih lanjut Indra mengatakan e-warong di Kota Metro tidak hanya melayani Bansos Pangan secara nontunai namun juga melayani transaksi tunai bagi masyarakat sekitarnya. Selain itu, buka usahanya tidak hanya saat pencairan bantuan namun dari pagi sampai malam dengan sistem piket. Indra menyampaikan seluruh anggota e-warong Kota Metro sebanyak 10 orang terlibat dan bertanggung jawab atas keberlangsungan usaha. Oleh sebab itu, dia berharap Kemensos dapat mengembangkan model e-warong Kota Metro ini sebagai model Bansos Pangan yang berdampak pada peningkatan pendapatan KPM sehingga meningkat kesejahteraannya. “Hasil dari Lampung ini akan kami laporkan ke Pak Dirjen PFM Kemensos dan kalau memungkinkan model e-warong Metro dapat dijadikan model e-warong seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung,” katanya. Di tempat yang sama Sugiarto menilai dari segi keuangan melalui e-kasir pencatatan keuangannya lebih transparan, barang persediaan dapat terkontrol dan pembagian keuntungan langsung dapat diketahui. “Setiap anggota pada setiap piket; rata-rata bisa mendapatkan penghasilan antara Rp100 ribu sampai Rp150 ribu. Selain itu, masih ada penyisian untuk penambahan modal usaha dan Iuran Kesejahteraan Sosial (IKS),” katanya. Sementara itu, Sumarju Saeni mengatakan tujuan e-warong atau KUBE Jasa disamping sebagai agen pencairan BPNT yang berbasis pemberdayaan KPM juga dapat meningkatkan penghasilan anggotanya. Oleh karena itu, tidak hanya buka pada saat pencairan BPNT saja namun juga melayani transaksi tunai masyarakat sekitarnya. Kadis juga mengatakan bahan pangan yang disediakan untuk BPNT yakni beras dan telur, juga barang-barang lain yang diperlukan masyarakat. Karena terbatasnya modal, kata Sumarju, e-warong bekerja sama dengan penyedia barang lainnya serta menjual barang-barang produksi KUBE lainnya. “Sebanyak 19 e-warong di Kota Metro melayani transaksi BPNT Rp.657.800.000 setiap bulan. Jika disediakan barang-barang kebutuhan masyarakat lainnya tentu peredaran uangnya akan lebih banyak dan akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat khususnya KPM,” katanya. Hadir juga dalam pertemuan tersebut Iswandi, praktisi pelaku bisnis warung yang dirintisnya dari bawah hingga menjadi besar. Usaha yang dikembangkan dengan menggunakan e-kasir sehingga karyawannya dapat melayani dan mencatat semua pengeluaran dan pemasukan warungnya. “Selama dua tahun saya berusaha belajar mengembangkan usaha warong “grabatan” dan ternyata dengan menggunakan teknologi barcode dan e-kasir usaha saya lebih terkontrol,” tutur Iswandi yang juga seorang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Menurut Iswandi, masyarakat miskin itu pada dasarnya tidak bodoh, hanya perlu diubah semangat berjuang untuk merubah nasibnya. Laki-aki yang memiliki usaha warung grabatan di beberapa tempat ini menyatakan apabila diperlukan dirinya siap memberikan motivasi dan edukasi bagi anggota e-warong atau KUBE Jasa lainnya. “Saya siap memberi pembelajaran kepada anggota e-warong atau kelompok usaha yang dikelola masyarakat miskin. Kalau perlu ada beberapa barang yang saya titipkan untuk dijual. Soal keuntungan bisa dibagi,” katanya.