Pariwisata

Edi Raup Rp 60 Juta Per Bulan dari Rongsok Plastik

38
×

Edi Raup Rp 60 Juta Per Bulan dari Rongsok Plastik

Sebarkan artikel ini

LAMPUNGBAROMETER.ID – Pengusaha rongsok plastik Suhedi (43), warga 15 Polos Kota Metro, mampu meraup puluhan juta rupiah per bulan dari bisnis rongsokan yang digelutinya sejak 1995.

Dalam bincang-bincang santai di rumahnya, Minggu (21/6/2020), Edi menceritakan bisnis yang dibangunnya itu sudah mengalami pasang surut dan jatuh bangun. Kondisi terparah terjadi pada 2004/2005, tapi dia selalu mampu bangkit dan bertahan hingga usahanya menjadi seperti sekarang.

SEORANG  ibu sedang memisahkan limbah plastik berdasar bahan dan warna di tempat usaha milik Suhedi, Minggu (21/6). Foto lampungbarometer.id.

“Alhamdulilah sekarang seperti ini, mudah-mudahan bisa lebih berkembang lagi,” ujar Edi.

Pengusaha rongsok yang dikenal ramah dan tidak segan berbagi ilmu dengan siapa saja ini, menuturkan memulai usahanya pada Tahun 1995 dengan modal Rp 3 juta rupiah. Dan kini omzet sudah mencapai ratusan juta bahkan milyaran rupiah per bulan.

Dari usahanya ini, Edi mengaku mampu meraup keuntungan Rp 20 juta – Rp 60 juta setiap bulannya.

“Awalnya saya jual beli rongsokan berbagai macam, mulai besi, botol, pelastik dll. Jadi kita beli langsung kita jual. Kalau sekarang kita hanya beli rongsokan plastik, kemudian kita pisahkan sesuai bahan dan warna, selanjutnya kita giling menjadi serpihan plastik. Setelah itu baru kita jual,” kata ayah satu anak ini.

Lelaki yang pernah tinggal di Bandar Lampung ini mengungkapkan, awalnya dia berkeliling di seputaran Metro dan Lampung Timur untuk mencari barang rongsokan. Namun, saat ini pelanggannya sudah dari berbagai wilayah di Lampung dan mereka langsung mengirim.

TAMPAK Edi sedang mendampingi salah satu pegawainya yang sedang menyortir limbah plastik untuk digiling, Minggu (21/6). Foto: lampungbarometer.id.

“Sekarang pelanggan kita sudah ada di berbagai kabupaten, mereka tinggal telepon dan barang mereka kirim langsung. Bahkan ada beberapa pengepul di Bandar Lampung yang langganan ngirim barang kesini,” ujar Edi.

“Setiap hari mampu menggiling 2-4 ton sampah plastik dan langsung dijual. Per kilo paling mahal kita ambil Rp 8.000, paling murah Rp 3.000, bergantung kualitas bersih kotornya barang. Untuk yang paling bagus itu plastik Aqua gelas, itu kita ambil Rp 8 ribu per kilo. Setelah digiling kita jual ke Mahkota Plastik di Natar dengan keuntungan Rp 1.000 per kilo,” katanya.

Edi mengaku dalam menjalankan bisnisnya dia dibantu 2 orang karyawan, sedangkan untuk penyortiran dia menggunakan jasa tenaga harian lepas.

“Untuk tenaga yang nyortir itu kita bayar per kilo. Biasanya mereka bisa menghasilkan uang Rp 100 rb hingga Rb 200 per hari.”

Edi juga mengaku beberapa mantan pegawainya kini sudah membuka usaha sendiri dan menjadi mitranya. “Kalau ada pegawai atau kawan-kawan yang memang sudah merasa siap, saya dorong mereka untuk membuka usaha sendiri dan menjadi mitra,” pungkasnya. (Sulaiman)