PERSETERUAN antara Israel dan Palestina sudah terjadi sejak berabad-abad lalu dan terus berlanjut hingga sekarang. Hari ini, sejak militer Israel menginvasi pemukiman warga Palestina di Jalur Gaza pada 27 Oktober 2023 dalam Operasi yang mereka sebut Operasi Pedang Besi, situasi di Jalur Gaza sangat mengerikan dan menjadi ladang pembantaian dengan menelan korban puluhan ribu warga sipil, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Menurut catatan Wikipedia, lebih 35.000 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak dimulainya operasi Israel pada 27 Oktober 2023 lalu, termasuk lebih dari 13.000 anak-anak dan 9.000 wanita, dengan 7.000 orang lainnya hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Diperkirakan pada pertengahan Desember 2023 Israel telah menjatuhkan 29.000 amunisi di Jalur Gaza, menghancurkan 70 persen rumah, ratusan bangunan budaya, dan merusak puluhan kuburan. Para ahli mengatakan skala dan kecepatan kehancuran di Jalur Gaza termasuk yang paling parah dalam sejarah.
Situasi kian parah akibat layanan kesehatan yang rusak; kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan dan bahan bakar karena blokade, pemadaman listrik dan komunikasi. Bahkan PBB mengingatkan mengenai potensi kelaparan. Dilaporkan secara luas “tidak ada tempat yang aman di Gaza”. Hampir 2,3 juta warga Gaza menjadi pengungsi internal dan 250.000 hingga 500.000 warga Israel menjadi pengungsi internal. Di lain sisi, Israel mengklaim kehilangan 324 tentara Sejak 27 Oktober 2023 Hingga 4 Juli 2024.
Sementara itu, data terkini UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund) mencatat 14.000 anak-anak tewas akibat konflik di Gaza dan lebih 24.000 anak-anak yang hidup di bawah ketakutan karena kehilangan orang tua. Selain itu, ekonomi rakyat palestina semakin melemah akibat blokade dan pembatasan perdagangan. Banyak warga Palestina yang kehilangan pekerjaan, tingkat pengangguran tinggi dan kemiskinan semakin merajalela yang kian memperburuk kualitas hidup mereka.
Di bidang pendidikan, situasinya juga sangat mengkhawatirkan akibat banyaknya gedung sekolah yang hancur, total ada 8 dari 10 sekolah mengalami rusak parah akibat serangan bom. Oleh sebab itu, bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina harus diprioritaskan. Peran Dewan Keamanan PBB sangat penting dalam mengupayakan perdamaian di jalur Gaza. Komunitas internasional juga bertanggung jawab untuk mendorong perdamaian yang berkelanjutan dan adil di wilayah tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mendukung penuh kemerdekaan palestina. Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin, menegaskan Indonesia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Palestina dan akan terus konsisten mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.
“Perdamaian yang sesungguhnya di Timur Tengah hanya dapat dicapai jika akar permasalahan diselesaikan, yaitu perdamaian di Palestina berdasarkan solusi dua negara,” ucap Ma’ruf Amin ketika menerima kunjungan Delegasi Biro Komite Palestina PBB di Istana Merdeka.
Sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, Pemerintah Indonesia telah mengirimkan bantuan senilai Rp30 miliar untuk warga sipil yang terdampak konflik Gaza di Mesir dan Sudan, berupa obat-obatan, peralatan kesehatan, serta bantuan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan. Pengiriman bantuan tersebut dilepas langsung Presiden Joko Widodo melalui Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Saat melepas bantuan tersebut, Presiden Jokowi mengungkapkan keprihatinannya atas peristiwa kemanusiaan yang terjadi di Gaza. “Karena itu untuk kesekian kalinya, kita kembali melakukan misi kemanusiaan dengan mengirim bantuan ke Mesir dan Sudan untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan,” ucap Presiden.
Sebagai bangsa yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan menolak segala bentuk penjajahan di atas muka bumi maka langkah Presiden Republik Indonesia yang mendukung Kemerdekaan Palestina ini harus kita dukung dan layak mendapat apresiasi seluruh rakyat Indonesia. Semoga perdamaian abadi dan kemanusiaan yang adil dan beradab bisa terwujud di Tanah Palestina.
***
BADIATUNNISAK. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Kotabumi (UMKO). Tulisan ini menjadi salah satu persyaratan penilaian Mata Kuliah Penulisan Berita Dan Editorial.