SOLO (lampungbarometer.id): Pasca seorang peserta diksarnya, Gilang Endi Saputra (21) tewas, muncul desakan Resimen Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (Menwa UNS) Solo dibubarkan.
Menyikapi hal tersebut, Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Jawa Tengah menyatakan menolak. Ketua DPP IARMI Jateng, Chrisno Haribowo, mengaku heran dengan desakan pembubaran Menwa UNS. Dia mengatakan Menwa sudah banyak membaktikan diri untuk negara.
“Saya nomor satu menolak. Kami mendengar dari berbagai media terjadi demo-demo. Buat kami sangat aneh, karena Menwa itu berbaktinya ke negara luar biasa,” kata Chrisno di sela kegiatan HUT Ke-41 IARMI di Balai Kota Solo, Sabtu (30/10/2021).
Dia menyebut Menwa pernah menjadi komponen cadangan (Komcad). Menwa pun turut terjun membantu aparat dalam operasi militer.
“Kami pernah ditugaskan di Timur Tengah, kami juga pernah ditugaskan di Timor Timur. Kami bertugas di mana-mana,” ujarnya.
Terkait dugaan adanya tradisi penganiayaan dalam Diksar Menwa, Chrisno menegaskan tidak ada. Namun dia mengakui jika kegiatan diksar memang keras.
“Tidak ada penganiayaan. Kami pendidikan keras boleh. Pendidikan memang kami harus masuk sungai, gulung-gulung. Karena kami komponen cadangan. Kalau besok disiapkan tempur, mudah-mudahan kami selalu siap,” kata dia.
Dia meminta agar masyarakat menunggu kepolisian mengusut kasus tersebut. Kalau pun terjadi pelanggaran, dia yakin kesalahan itu bukanlah kesengajaan.
“Kalau terjadi kesalahan ya diperbaiki. Kalau ada oknum yang melakukan kekerasan ya harus kita tindak, tapi bukan membubarkan institusi. Saya yakin tidak ada kesengajaan. Terbukti dari sekian siswa, satu yang meninggal dan yang sakit,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswa UNS, Gilang Endi Saputra (21) tewas dalam Diksar Menwa UNS, Minggu (24/10/2021). Dari hasil autopsi jenazah, polisi menemukan Gilang tewas akibat kekerasan benda tumpul. (*/red)
Informasi ini sudah tayang di Detikcom dengan judul “Alumni Tolak Desakan Pembubaran: Menwa Berbakti ke Negara Luar Biasa”.