BANDAR LAMPUNG (lampungbarometer.id): Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung (Unila) meluncurkan Buku Estetika Kaum Tertindas di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unila, Sabtu (13/3/2021).
Buku yang ditulis oleh tujuh mahasiswa anggota UKMBS Unila ini di-launching dalam Kegiatan Bilik Jumpa Sastra UKMBS Unila dengan menghadirkan Ari pahala Hutabarat dan Iswadi Pratama sebagai pembicara serta Direktur Klasika Ahmad Mufid didapuk sebagai moderator.
Dalam kajiannya, Iswadi Pratama menyampaikan lahirnya buku Estetika Kaum Tertindas menegasi logika zaman yang kini selalu berpacu dengan kecepatan sehingga menyebabkan kita menjadi bias terhadap nilai.
“Saat ini semua orang berlomba menjadi yang tercepat, seolah-olah bila ketinggalan informasi atau tren tertentu, kita ketinggalan zaman. Akibatnya kita semakin tidak memahami nilai dari sebuah proses mendalam. Jadi jika ada seseorang yang ingin menguasai ilmu dan keahlian tertentu dengan niat ingin cepat, dia akan mendapatkan sebaliknya,” ujar Iswadi.
Iswadi juga menyampaikan keberanian mengambil posisi yang tidak umum dari logika zaman adalah bentuk sikap kritis untuk mempertahankan nilai tersebut.
Sedangkan Ari Pahala Hutabarat (APH), dalam kesempatan ini mengajak semua insan pekerja seni tidak menjadikan seni semata sebagai hiburan. Sebab, menurut dia, seni memiliki sifat emansipatoris yang menghadirkan kultur dan adab yang baik di tengah masyarakat.
“Ini semua menjadi renungan dan refleksi pagi seluruh pelaku seni bahwa sampai saat ini pekerja seni belum mampu menghadirkan iklim yang baik di tengah masyarakat Lampung,” ujar APH.
Sementara itu salah satu penulis yang juga Ketua Umum UKMBS Unila, Roby Aslam, mengatakan lahirnya buku ini diharapkan mampu menghadirkan visi kultural dari setiap insan pelaku seni tanpa berniat menggurui untuk memasuki kembali sisi kemanusiaan.
Pada sesi penutup kegiatan Bilik Jumpa Sastra ini, Ahmad Mufid mengajak peserta memviralkan Buku Estetika Kaum Tertindas. “Ayo kita viralkan buku ini sebagai bentuk perjuangan menjaga semangat dan nilai agar terus bergelora di dada kita. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi,” ujar Mufid. (*/red)