Pertahanan Keamanan

Profil Pasukan Elit TNI AL Yang Evakuasi Korban Dan Puing Sriwijaya Air SJ182

36
×

Profil Pasukan Elit TNI AL Yang Evakuasi Korban Dan Puing Sriwijaya Air SJ182

Sebarkan artikel ini

Foto ilustrasi (detik)

JAKARTA (lampungbarometer.id): Sejumlah pasukan elit TNI Angkatan Laut (AL) terlibat evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, di antaranya mulai dari Denjaka hingga Taifib.

Pasukan-pasukan elit yang dikerahkan itu juga berkontribusi dalam sejumlah temuan saat pencarian pesawat Sriwijaya Air bersama tim evakuasi lainnya kemarin, Minggu (10/1). Temuan tersebut mulai dari serpihan pesawat hingga bagian tubuh korban.

Detasemen Jalamangkara (Denjaka) misalnya. Pasukan khusus TNI Angkatan Laut itu ikut menyelam ke dasar laut mencari pesawat Sriwijaya Air SJ182.

Dalam pencariannya, Denjaka pun menemukan serpihan diduga pesawat Sriwijaya Air SJ182 di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Temuan itu berupa benda diduga mirip roda pesawat hingga nomor tempat duduk.

Kemudian, Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut. Tim penyelam dari Kopaska menemukan bagian tubuh diduga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu. Selain itu, mereka juga menemukan puing-puing pesawat.

Selanjutnya, ada pasukan elit Korps Marinir, Batalyon Intai Amfibi (Taifib). 14 personel Taifib yang dikerahkan berhasil menemukan kepingan-kepingan pesawat Sriwijaya Air SJ182. Kepingan-kepingan itu terdiri dari bodi pesawat dan roda.

Nah, apa saja tugas Denjaka, Kopaska dan Taifib?

1. Denjaka

PASUKAN elit TNI AL Detasemen Jalamangkara (Denjaka)

Denjaka merupakan pasukan khusus yang dibentuk TNI Angkatan Laut (AL). Denjaka merupakan detasemen penanggulangan teror aspek laut TNI Angkatan Laut.

Dilansir dari berbagai sumber, sebelumnya pasukan khusus TNI AL ini bernama Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla). Pasusla dibentuk berdasarkan Surat Keputusan KASAL No.Skep/2848/XI/1982 pada tanggal 4 Nopember 1982 tentang pembentukan Pasukan Khusus TNI Angkatan Laut (Pasusla).

Pada 1984, Pasusla kemudian berganti nama menjadi Denjaka. Perubahan itu berdasarkan Surat KASAL Nomor: R/547/X/1984 pada tanggal 13 Oktober 1984 tentang pembentukan Detasemen Jalamangkara (Denjaka), dan berdasarkan Instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984.

Para personel Denjaka berasal dari personel terbaik yang sebelumnya tergabung dalam pasukan khusus TNI AL, Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib). Mereka merupakan personel mumpuni yang dibina untuk memiliki kemampuan khusus dalam hal operasi anti teror, anti sabotase dan operasi klandestin yang beraspek laut maupun operasi-operasi khusus lainnya.

Tak main-main, Denjaka juga menorehkan prestasi gemilangnya, baik penumpasan pemberontakan di dalam negeri, operasi pembebasan sandera di mancanegara, hingga penumpasan aksi ekstrimis. Denjaka saat ini dikomandoi oleh Kolonel (Mar) Nanang Saefulloh.

Denjaka memiliki semboyan ‘Satya Wira Dharma’. Pasukan ini menggunakan Seragam warna hitam dan memakai baret ungu.

2. Kopaska

KOMANDO Pasukan Katak (Kopaska)

Komando Pasukan Katak atau Kopaska didirikan 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno. Pasukan elite ini juga sudah sangat dikenal di kancah internasional.

Kopaska kala itu dibentuk Soekarno untuk mendukung kampanye militer Operasi Trikora di Irian Barat. Operasi Trikora dilaksanakan selama 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Irian Barat.

Kopaska memiliki tugas menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan berkekuatan amfibi. Satuan ini memiliki semboyan ‘Tan Hana Wighna Tan Sirna’ yang berarti tak ada rintangan yang tak dapat diatasi.

Kopaska saat ini terbagi menjadi 3 komando. Satuan Komando Pasukan Katak Armada I di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Satuan Komando Pasukan Katak Armada II di Surabaya, dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada III di Sorong.

Sama seperti Denjaka, anggota Kopaska merupakan personel pilihan. Calon anggota Kopaska harus melalui berbagai tahap pendidikan, seperti tes ketahanan air, psikotest khusus, tes kesehatan khusus bawah air, hingga berbagai tes jasmani lainnya. Jika terpilih, mereka akan digembleng dengan latihan-latihan khusus.

Kopaska telah melaksanakan berbagai macam operasi khusus. Salah satu yang membuat Kopaska cukup dikenal adalah saat ikut andil dalam pembebasan sandera bajak laut Somalia yakni kapal MV Sinar Kudus yang dioperasikan PT Samudera Indonesia di perairan Laut Arab Tahun 2011 lalu.

3. Taifib

PASUKAN elit Korp Marinir Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib)

Batalyon Intai Amfibi merupakan pasukan elit dalam Korps Marinir. Pasukan elit ini memiliki spesialisasi dalam operasi Pengintaian Amfibi (Amphibious reconnaissance) dan Pengintaian Khussus (Special reconnaissance).

Sebelumnya, Taifib dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi). KIPAM kala itu dibentuk untuk menjawab kebutuhan diperlukannya pasukan khusus yang terlatih dan mampu melaksanakan kegiatan khusus yang tidak dapat dikerjakan satuan biasa dalam rangka keberhasilan tugas.

KIPAM kemudian berubah menjadi Yon lntai Para Amfibi, Satuan Intai Amfibi hingga sekarang menjadi Batalyon Intai Amfibi.

YonTaifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekuatan serta membina kemampuan unsur-unsur amfibi maupun pengintaian darat serta tugas-tugas operasi khusus dalam rangka pelaksanaan operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satuan tugas TNI AL, atau tugas-tugas operasi lainnya.

Mereka memiliki semboyan Maya Netra Yamadipati, berasal dari bahasa Sansekerta. Maya Netra berarti tidak kelihatan, dan Yamadipati, artinya malaikat pencabut nyawa.

Pasukan Taifib dididik dengan ketat dan keras melalui beberapa tahap. Mereka dipilih dari prajurit pilihan Korps Marinir. Para prajurit pasukan elit ini juga secara khusus mengikuti program yang ketat dengan tingkat risiko yang tinggi. (red)

Informasi ini sudah tayang di detikcom dengan Judul “Profil Pasukan TNI Yang Temukan Puing-Bagian Tubuh Korban Sriwijaya Air”