Seni Budaya

Lakon ‘Kinthir’ Persembahan Komunitas Kotaseger Indonesia di JAF 2024 Pukau Penonton

178
×

Lakon ‘Kinthir’ Persembahan Komunitas Kotaseger Indonesia di JAF 2024 Pukau Penonton

Sebarkan artikel ini

Gresik (LB): Pertunjukan teater menjadi rangkaian Jatim Art Forum (JAF) 2024 pada hari kedua yang digelar di Gedung Nasional Indonesia (GNI), Kamis (5/12/2024) malam. Beberapa kelompok teater dijadwalkan mengisi panggung pertunjukan pada JAF 2024 ini.

Komunitas Kotaseger Indonesia sebagai penyaji hasil kurasi Bidang Teater Dewan Kesenian Provinsi Jawa Timur (DKJT) berhasil memukau penonton dengan pertunjukannya berjudul Kinthir; Perapian Gerwarasi dan Lautan Asap.

Pertunjukan Kinthir diawali munculnya seorang pemain bersorjan dan berkalung terbang. Di hadapan penonton yang berdesakan di dalam Gedung Nasional Indonesia malam itu, Ki Afif Kalimasada menembangkan pangkur. Kemudian disusul tembang-tembang lain, diiringi tabuhan terbang ala seni kentrung berterusan terdengar hingga ke sudut ruang GNI.

Tubuhnya yang ringkih mungil itu tampak kecil ketika layar videotron di belakangnya menyala, menghadirkan visual bertuliskan “special aesthetik zone” dengan menghapus kata “economic” sebagaimana pada tulisan Special Economic Zone di pintu gerbang Jiipe.

Tampak seorang pelakon berada di sebuah ban yang menggelinding sebagai salah satu adegan dalam lakon teater “Kinthir” yang dipentaskan dalam ajang JAF 2024.

Di sela Ki Afif berterusan menembang, ketika itu pula berlintasan lampion Damar Kurung di belakangnya. Satu demi satu melintasi panggung, begitu berterusan.

Pertunjukan menjadi hangat ketika muncul sebuah roda kendaraan truk menggelinding di panggung. Kedatangannya yang berterusan itu mengusir keindahan lampion-lampion dan suara tembang. Setelah roda ban itu berhenti dan terjatuh, keluar lah sesosok makhluk dari dalam ban tersebut. Tawa ringkih dan tutur katanya yang sumbang itu seperti hendak menakut-nakuti atau mengancam siapapun yang mendengar.

Adegan demi adegan terus berlanjut dan semakin memanas. Suara-suara gemuruh, hantaman cerobong seng, dan sesekali bergantian mesin-mesin pabrik atau suara excavator melintas di telinga. Dan ternyata benar, suatu adegan menayangkan seorang warga yang berusaha menjaga isterinya, mati diterkam ancaman.

Pertunjukan Kinthir berjalan selama hampir satu jam. Meski berdesakan di dalam gedung pertunjukan dan harus rela menonton dalam kedinginan, para penonton tetap betah di tempat, menyaksikan pertunjukan, dan mengikuti diskusi sampai selesai.

Ali K.H, sutradara pertunjukan Kinthir mengungkapkan, adanya ide pertunjukan ini bermula dari spirit Damar Kurung dan keresahan-keresahan kolaborator tentang realita kehidupan masyarakat di Kabupaten Gresik.

“Kita berangkat dari keresahan teman-teman aktor yang memiliki kecemasan ketika melihat realita kehidupan di masyarakat,” ungkap pemuda berambut gondrong pada saat diskusi teater usai pementasan.

Lelaki yang didapuk sebagai sutradara pertunjukan Kinthir itu juga mengatakan, bahwa ada banyak peristiwa atau fenomena yang dijadikan bahan dalam penggarapan pertunjukan ini. “seperti halnya laku hidup masyarakat urban, ketimpangan sosial dan keluarga, persoalan agraria, industrialisasi yang justru mencederai, hingga perihal ekologi,” ungkapnya.

Menurut Ali, pertunjukan Kinthir ini bukan hanya berkaitan dengan tema besar JAF 2024, yaitu “Damar Kurung Explore”. Melainkan sebuah pembacaan perihal persoalan-persoalan, fenomena, peristiwa budaya, hingga persoalan sosial di Kabupaten Gresik.

Ali juga mengaku garapan pementasan ini berdasar pada riset dan arahan para pendamping. “Semua kita riset dulu, utamanya keterkaitan dengan tema besar yaitu Damar Kurung Explore,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan dirinya berpatokan pada kata kunci kurator sebagai landasan mengerjakan ini, yaitu spiritualisme, kolaborasi, ekologi, dan multikuktural.

Sementara itu Mahendra Cipta, kurator pertunjukan teater JAF 2024, mengatakan pertunjukan Kinthir ini diproduksi untuk merespon berbagai aspek persoalan dan fenomena, yang dimana sesungguhnya Gresik sudah memiliki tanda terang untuk menjalani hidup.

“Sangat penting kesadaran masyarakat dalam merawat kekayaan budaya asal daerah ini, seperti Damar Kurung yang ternyata menyimpan banyak pengetahuan, filosofi spiritual, ajaran, dan banyak hal yang sampai kini masih relevan untuk dipelajari, dijaga, bahkan dijadikan pedoman hidup,” pungkasnya. (waja)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *