Info UnilaInternasional

3 Mahasiswa FKIP Unila Raih Emas dan Perak Kompetisi Internasional di UTM Malaysia

285
×

3 Mahasiswa FKIP Unila Raih Emas dan Perak Kompetisi Internasional di UTM Malaysia

Sebarkan artikel ini

Bandar Lampung (LB): Kompetisi bukan sekadar mengejar piala demi merebut kemenangan. Bagi sebagian orang, kompetisi justru menjadi ajang saling belajar banyak hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.

Bahkan melalui kompetisi kita bisa mendapat kesempatan untuk bertemu orang-orang inspiratif dan para inovator luar biasa dari negara lain, mengenai inovasi pembelajaran yang bisa diterapkan.

Hal tersebut juga dirasakan tiga mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila), yakni Jihan Umi Tama Farasiska (Pendidikan Matematika 2021), Yardan Permata Nurhadian (Pendidikan Biologi 2021), dan Ulfa Novitasari (Pendidikan Sejarah 2021).

Tiga mahasiswa tersebut berhasil meraih medali emas dan perak pada ajang International Innovation Competition in Education (IICE) yang diselenggarakan secara offline (diikuti Jihan dan Yardan) di gedung C14 FSSH UTM dan online (diikuti Ulfa), melalui platform Webex pada Rabu, (17/7/2024).

Kompetisi ini diselenggarakan Persatuan Pendidikan Sains dan Matematik Johor (PPSMJ) bekerja sama dengan FSSH (Faculty of Social Sciences and Humanities) Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dengan Tema “STEAM Education for an Innovative Society”.

Adapun proyek inovasi pendidikan yang telah mereka buat yakni Connecting Mathematics and Technology Through Scratch Projects: A Steam-Integrated Mathematics Learning Innovation for Junior High School Students (Oleh Jihan), Cell-Meme-Dia: Cell-Meme Media (Oleh Yardan), dan Hisgo (History Government): Virtual Reality-Based History Learning Media In STEM Learning to Improve High School (Oleh Ulfa).

Jihan Umi Tama Farasiska, salah satu peraih medali emas pada ajang perlombaan tersebut juga ikut memaparkan alur pendaftaran, seleksi tingkat kampus hingga berhasil mewakili fakultas untuk presentasi poster inovasi secara luring. Berawal dari rekomendasi dosen dan ketua program studi, Jihan bersama Yardan dan Ulfa memutuskan mencoba mengikuti kompetisi tersebut.

Jihan juga menjelaskan latar belakang jurusan juga menjadi motivasi bagi dirinya untuk berpartisipasi pada perlombaan tersebut, sekaligus sebagai ajang untuk menunjukkan kemampuan diri dalam bidang Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematic (STEAM).

“Ketika saya bersama teman-teman yang lain diberi kesempatan untuk mengikuti kompetisi tersebut, pastinya saya tidak mau melewatkan peluang tersebut. Selain itu, saya tertarik dengan bidang kompetisi ini yang sejalan dengan minat saya, terutama peran saya sebagai calon pendidik,” ujar Jihan, Senin (22/7/2024).

Melalui proses seleksi poster yang ketat, mereka berhasil lolos ke tahap selanjutnya melalui pesan dari email. Bahkan, Jihan dan Yardan tidak menyangka saat berhasil mewakili fakultas untuk hadir secara offline di UTM.

Pada tahap presentasi, masing-masing peserta lomba diberikan waktu sekitar tujuh menit untuk mempresentasikan inovasinya, ditambah dengan sesi tanya jawab oleh para juri dan audiens selama lima menit.

Selama proses perlombaan, seluruh seleksi dilakukan dengan cukup ketat melalui prrsentasi pemaparan ide inovatif dalam pembelajaran. Karena untuk membuat sebuah inovasi bukanlah hal sederhana. Terlebih lagi, inovasi tersebut harus sesuai dengan pendekatan kompetisi, yaitu pendekatan STEAM.

“Kalau berbicara soal inovasi, waktu itu yang terlintas di pikiranku adalah bagaimana cara saya untuk dapat menghubungkan matematika dengan teknologi. Karena mengingat bahwa pembelajaran abad 21 saat ini lebih mengutamakan pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi,” ujar Jihan.

Jihan bersama dengan Yardan dan Ulfa adalah contoh dari banyak mahasiswa yang bisa menginspirasi kita semua. Bagi mereka, Inovasi pembelajaran yang ada bisa memberikan akses kepada semua orang akan tren terkini yang selalu berkembang di setiap bidang pembelajaran.

“Jangan pernah takut untuk berkompetisi, karena dengan ide-ide inovatif yang kita miliki tidak akan bisa berguna jika hanya terjebak dalam pikiran kita semata. Dunia pendidikan, khususnya di Indonesia membutuhkan inovasi-inovasi pembelajaran untuk dapat menggapai pendidikan yang maju seperti yang dicita-citakan,” ungkap Jihan. (uni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *