Bandar Lampung (LB): Senator Asal Lampung Bustami Zainudin sebagai Ketua Umum Terpilih IKA FKIP Unila Periode 2024-2028 hadir dan memberi arahan pada Kegiatan Yudisium Lulusan Sarjana dan Pasca Sarjana Periode III Januari 2024 FKIP Unila, di Kampus FKIP Gedong Meneng, Kamis (18/1/2024).
Kegiatan yang dibuka Ketua Senat FKIP Unila Prof. DR. Herpratiwi ini diikuti Dekan FKIP Unila, para Wakil Dekan, Perwakilan Forum Guru Besar, para Ketua Jurusan, Ketua-Ketua Program Studi, dan para lulusan program sarjana dan pasca sarjana sebanyak 141 orang.
Dalam kesempatan memberikan sambutan, Bustami mewakili keluarga besar IKA FKIP Unila merasa sangat bangga dan terhormat diundang menghadiri Yudisium Lulusan Sarjana dan Pascasarja FKIP Unila Periode III Januari 2024 ini.
“Dengan rasa bangga dan tangan terbuka, IKA FKIP Unila menyambut baik dan menerima adik adik, saudara saudara yang baru lulus untuk menjadi bagian dari keluarga besar IKA FKIP Unila,” ucap Bustami.
Bustami juga menekankan IKA FKIP Unila selain sebagai wadah komunikasi antarlulusan, juga sangat diharapkan mampu berperan besar dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan kesempatan berkarir dan pertukaran informasi sehingga para alumni bisa lebih cepat mendapatkan kesempatan berkarier. Jika ini bisa dicapai, maka akan memberi dampak positif bagi kinerja FKIP Unila.
“Tentu untuk menjalankan peran dan fungsi ini tidak mudah, menuntut tanggung jawab yang besar dan berat, namun harus dijalankan secara sungguh-sungguh dan optimal. Sejalan dengan penguatan organisasi IKA FKIP Unila itu sendiri, yang disadari belum sepenuhnya kuat dan mantap,” ucap Bustami.
“Tentu kita semua menyadari hari ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dan berubah sangat cepat. Beberapa waktu yang lalu kita masih mencoba beradaptasi dan bergumul akrab dengan era revolusi industri 4.0 (four point’ zero) yang ditandai dengan perkembangan pesat di dunia IT, kita diharuskan akrab dengan kata kunci otomatisasi, analisis big data, teknologi robot, artificial intelegence (AI) hingga internet of thing (IoT). Mbah Google, sudah ketinggalan,” bebernya.
Selanjutnya dia mengungkapkan belum juga industri 4.0 selesai kita “gauli”, kita sudah diajak masuk pada era revolusi industri 5.0. (five point’ zero) yang jauh lebih memberi penguatan pada otomatisasi dan digitalisasi. Konsep yang lebih mengedepankan penggabungan antara manusia dan teknologi, yang capaianya jauh lebih sempurna dari era sebelumnya.
“Situasi ini menuntut kita untuk terus berubah dan beradaptasi dengan cepat. Kalau tidak, kita akan makin tertinggal jauh,” katanya.
Menurut Bustami, melihat situasi demikian maka para alumni yang masih sehat, kinyis kinyis ini, tidak boleh merasa cepat puas dan seolah apa yang kita dapat dan punya sekarang ini sudah cukup.
“Tidak, kita semua tidak boleh berhenti, harus terus belajar dan belajar lagi. Para sarjana harus bisa mengambil posisi terbaik dimana kita bisa mengambil peran yang optimal, yang tidak dimiliki oleh perkembangan dan kemajuan IT, yaitu pada sisi humanismenya, sentuhan moral, sentuhan hati dan ketulusan dalam berkarya,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Bustami mewakili semua alumni dan stakeholder lain juga menyampaikan apresiasi atas semua capaian dan prestasi yang telah diukir oleh kampus kita, FKIP tercinta, yang terus mencoba menjawab tantangan dan tuntutan kemajuan dengan berbagai inovasi, improvisasi, kreativitas.
Selanjutnya dia mengatakan FKIP Unila tidak boleh cepat puas atas semua itu. Kolaborasi, inovasi dan improvisasi harus terus ditingkatkan. Sinergitas antara civitas akademika dengan mitra stakeholder lain harus makin inten dilakukan hingga FKIP unggul bisa segara tercapai.
“Dalam era globalisasi di semua sektor dewasa ini, persaingan begitu nyata, keras dan berat. Baik di tingkat lokal, nasional apalagi di tingkat internasional. Untuk bisa masuk dalam persaingan maka hanya pribadi yang kuat, tangguh, berkualitas dan berkarakter, didukung dengan soliditas jaringan yang mampu memenangkan pertarungan. Keberadaan IKA FKIP yang kuat, menjadi sangat penting dan strategis untuk memberikan dukungan bagi para alumni,” tuturnya.
Dengan demikian, pengalaman belajar yang berkualitas selama di kampus dan kemauan untuk terus belajar, untuk menyiapkan diri menjadi pribadi yang unggul tentu akan menjadi bekal terbaik untuk memasuki pertarungan global.
“Khusus bagi adik adik alumni yang mau berkhidmat di bidang pendidikan, mengabdi menjadi guru, Bustami juga mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi juga tidak mudah. Guru hari ini harus jauh lebih hebat dari guru guru jaman dahulu, karena tuntutan dan perubahan sosial masyarakat sudah begitu jauh berbeda. Apa yang terjadi hari ini di dunia pendidikan, mungkin terbayangkan saja tidak pada jaman dahulu. Contoh konkrit kekerasan dan bullying, dan tindakan pelanggaran hukum lain yang terjadi di lingkungan pendidikan, yang korbannya bisa guru, bisa juga siswa. Pelakunya bisa guru, siswa maupun masyarakat/ortu siswa itu sendiri.”
Melihat kondisi demikian, ujarnya, maka Kampus, khususnya lembaga LPTK termasuk didalamnya FKIP Unila mesti juga sangat adaptif terhadap perubahan yang ada. Kampus harus fokus untuk bisa melahirkan guru guru hebat, pendidik pendidik hebat sesuai jamannya. Kalau tidak, maka sangat mungkin kampus ini akan ditinggalkan, atau kalaupun masih dipaksakan ada, maka lulusannya akan makin sulit bersaing di percaturan global.
“Memang benar kondisi pendidikan kita belum sepenuhnya baik. Namun kita yakin dan percaya, dengan komitmen, sinergi, dan kolaborasi seluruh stakeholder yang makin kuat dan solid, dengan berbagai inovasi, improvisasi, dan penerapan praktek praktek baru yang unggul, kondisi ke depan pasti akan lebih baik,” pungkasnya. (Gin/Che Aritonang)