Bandar Lampung (LB): Kelompok Studi Kader (Klasika) kembali menggelar Kelas Mondok, kali ini mengangkat Tema “Terbang Tenggelam Dalam Anonimitas” yang akan berlangsung 31 Juli – 8 Agustus 2023.
Kelas Mondok merupakan program utama Klasika yang sengaja dihadirkan sebagai pendidikan alternatif atau antitesis dari pendidikan formal.
Founder Klasika Chepry Chairuman Hutabarat dalam pembukaan Kelas Mondok Angkatan XIII mengatakan manusia terdiri dari dua substratum atau yang menjadi pokok dari segala sesuatu, yaitu tubuh dan jiwa.
Menurut Chepry, aktivitas tubuh adalah sebuah aktivitas yang berbentuk physical, sementara aktivitas jiwa menampak dalam pikiran. Semakin cemerlang dan tajam pikiran seseorang maka itulah wujud dari eksistensi jiwanya.
“Seluruh tradisi pengetahuan mengatakan hal itu. Namun sayangnya, pikiran kerap terkontaminasi atau terkotori berbagai informasi seiring manusia bertumbuh dari anak-anak menjadi dewasa hingga menjadi tua sekalipun,” ujar Chepry, Senin (31/7/2023).
Hal ini menurutnya, menyebabkan keberadaan pikiran mengalami keberjarakan dengan tubuh dan menimbulkan pikiran yang mengelabui kebutuhan tubuh dan jiwanya.
“Seperti kata malas, lelah, mengantuk, dll adalah wujud transfer dari pikiran ke tubuh. Pikiran yang kotor itu juga menghilangkan kemampuan manusia untuk mengetahui bahwa ia disesaki kabut-kabut pikiran,” ujarnya.
Dia menyebutkan dalam setiap fase kehidupan manusia selalu mengalami lonjakan-lonjakan atau dalam istilah fenomenologi disebut dengan ledakan pencerahan.
“Setiap manusia selalu mengalami situasi transisional, situasi keretakan, situasi ketika mengalami kebosanan, situasi ketika manusia mempertanyakan kembali keyakinannya, situasi menggugat apa saja yang dilakukan,” ungkapnya.
Mempertanyakan kembali segenap hal ihwal tersebut merupakan kerja dari pikiran yang mendorong agar terciptanya ledakan pikiran dan mengarahkan pikiran menjadi dewasa.
Bersamaan dengan itu, saat kelas mondok berlangsung, para peserta Kelas Mondok Angkatan XIII akan dihadapkan pada situasi untuk mempertanyakan kembali tentang dirinya.
Proses kelas mondok bukanlah sebuah perkara yang mudah, sebab para peserta akan mengalami pertarungan antara informasi sebelumnya dan yang ia dapatkan selama kelas mondok.
“Salah satu tujuan dari kelas mondok, adalah menciptakan kemandirian berpikir,” katanya.
Sementara itu, Direktur Klasika Ahmad Mufid menyampaikan cita-cita besar dari kelas mondok adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal itu senada dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Menurut Mufid, untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa, Klasika menghadirkan kelas mondok sebagai pendidikan alternatif.
“Kenapa menyebut pendidikan alternatif, sebab pendidikan formal yang kerap diagung-agungkan hanya mengarahkan subjek pelajar menjadi pekerja. Padahal pendidikan formal tersebut substansinya mencerdaskan tiga aspek dalam diri manusia, yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik,” ujarnya.
Menurutnya, kini pendidikan mengalami degradasi nilai dan hanya mengarah kepada kebutuhan pasar. Oleh karena itu, kelas mondok dilakukan sebagai antitesa dari pendidikan formal.
Selama kelas mondok berlangsung kognitif, afektif dan psikomotorik tiap-tiap peserta akan diaktivasi agar mereka mengetahui tentang dirinya hingga realitas di luar dirinya.
Kepala Sekolah Kelas Mondok Angkatan XIII Ahmad Suban Rio mengatakan, selama kelas mondok berlangsung peserta diwajibkan menginap di Rumah Ideologi Klasika di Jl. Pembangunan E, Sukarame, Bandar Lampung.
Selama pelaksanaan kelas, peserta akan mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Secara umum peserta akan membaca materi-materi sedari filsafat masa Yunani hingga postmodern dan filsafat Islam.
Selanjutnya, pada malam hari peserta akan mendiskusikan pembacaannya masing-masing. Selain itu juga, setiap harinya para peserta diwajibkan salat lima waktu, membaca Al-Fatihah 100 kali, bersholawat, puasa Senin Kamis dan bermeditasi.
Sementara untuk wilayah fisik, setiap pagi dan sore hari peserta diwajibkan mengikuti olah raga dan stretching. (*/Saleh)