Pendidikan

Selain Pupuk Langka, Petani Pesawaran Juga Keluhkan Kualitas Pupuk Bersubsidi

28
×

Selain Pupuk Langka, Petani Pesawaran Juga Keluhkan Kualitas Pupuk Bersubsidi

Sebarkan artikel ini

PESAWARAN (lampungbarometer.id): Keluhan petani di Kabupaten Pesawaran terkait pupuk terus bergulir. Selain pupuk yang langka, petani juga mengeluhkan kualitas pupuk yang dianggap kurang bagus.

Saat mengunjungi Kantor DPD KO-WAPPI Pesawaran, salah satu petani warga Desa Baturaja, Dusun Padang Rica berinisial WD (36) mengeluhkan langkanya pupuk bersubsidi serta kualitasnya yang dianggap kurang baik. Padahal, kata dia, saat ini petani padi sedang memasuki masa pemupukan.

“Sekarang pupuk Urea langka, kalaupun ada kualitasnya juga kurang bagus,” ucapnya.

WD juga menuturkan, berdasarkan pengalamannya menggunakan pupuk bersubsidi, sejak sekitar lima tahun terakhir hasilnya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Kalau dulu warna pupuknya putih mulus, tapi saat ini berwarna agak kemerahan dan seperti debu. Bahkan tidak jarang pupuk ini membeku. Saat digunakan, dua hari kemudian daunnya mengering tapi nanti ya bagus lagi,” ujar WD.

PETANI Way Lima keluhkan kelangkaan dan harga pupuk Urea bersubsidi.

Selanjutnya, ayah dua anak ini juga mengungkapkan kebingungannya karena sejak Januari 2021 ini setiap petani yang akan membeli pupuk harus menyerahkan foto kopi KTP dan KK kepada kelompok tani dan kepada distributor pupuk.

“Nah, kami sudah menyerahkan foto kopi KTP dan KK tapi kami tetap saja kami kesulitan mendapatkan pupuk Urea bersubsidi,” katanya pasrah.

“Kami bingung kemana harus mendapatkan pupuk subsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi petani kecil. Saat ini pupuk bersubsidi jenis Urea di Kecamatan Way Lima, khususnya di desa kami, Desa Kota Dalam sangat langka. Kalaupun ada, harganya seperti harga emas. Ini tentu saja sangat memberatkan,” ujarnya.

Kepada media ini, dia juga menceritakan sejak menggunakan pupuk bersubsidi jenis Urea yang warnanya agak kemerahan hasil produksi padinya menurun.

Sebelumnya, keluhan juga disampaikan Firdaus (36) warga Tanjung Agung, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran. Menurut Firdaus, kelangkaan pupuk ini tidak bisa didiamkan karena akan sangat merugikan petani.

Saat ditemui Kamis (14/1/2021), Firdaus mengatakan akibat kelangkaan itu, harga jual pupuk di tingkat pengecer melambung.

“Pupuk Urea yang biasanya Rp1.900 per kilogram sekarang menjadi Rp2.500 per kilogram dan pupuk subsidi jenis Phonska dari harga Rp2.600 sekarang naik harga Rp2.900 per kilogram,” jelasnya.

Lebih lanjut, Firdaus berharap Pemerintah Kabupaten Pesawaran atau instansi terkait bisa memberikan solusi terkait kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut.

“Kepada Dinas Pertanian Kabupaten Pesawaran mohon ditindaklanjuti kelangkaan pupuk ini. Kalau petani padi gagal panen, perekonomian kita terancam sebab beras jenis premium akan susah didapat. Ini tentu berimbas juga pada kualitas generasi muda kita,” ujarnya.

Sementara itu dikutip dari laman berita CNBC Indonesia, dalam Rapat Kerja Nasional beberapa Senin (11/1/2021) lalu, Presiden Joko Widodo menanyakan efektivitas dampak penyaluran pupuk bersubsidi terhadap negara. Presiden menilai suntikan dana untuk subsidi pupuk bagi petani ternyata belum berkontribusi besar bagi negara.

“Saya jadi ingat soal pupuk. Berapa puluh tahun kita subsidi pupuk. Setahun berapa subsidi pupuk? Berapa bu Menteri Keuangan? Rp 30 triliun? Rp 33 triliun seinget saya,” kata Jokowi.

Laman berita CNBC Indonesia juga menyampaikan, berdasar data Kementerian Pertanian (Kementan), pada 2017 Kementan mengalokasikan subsidi Rp31,33 triliun untuk program subsidi pupuk bagi petani dengan perhitungan subsidi Rp3.010 per kilogram.

Pada 2018 anggaran subsidi pupuk turun menjadi Rp28,5 triliun. Kemudian pada 2019 Kementan mengalokasikan pupuk bersubsidi sebanyak 9,55 juta ton dengan anggaran Rp29 triliun dan 2020 alokasi pupuk subsidi 2020 menjadi sebanyak 8,9 juta ton atau senilai Rp29,7 triliun. (doni Alponco)