BANDAR LAMPUNG (lampungbarometer.id): Kegiatan Pentas Budaya dan Orasi Ilmiah bertajuk “Nengah Nyappur” yang digelar Forum Penyelamat Daswati (FPD) di halaman Rumah Daswati, Jl. Tulang Bawang, Kelurahan Enggal, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung, Minggu (17/8/2020) malam berlangsung semarak dan mendapat dukungan berbagai elemen masyarakat.
Kegiatan yang dihadiri para seniman, Ormas, lembaga mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakat ini diisi dengan Doa Bersama, persembahan musik dari Orkes Ba’da Isya serta orasi dari para mahasiswa.
Selain itu, juga diisi dengan pembacaan puisi oleh seniman dan deklamator Lampung, di antaranya Alexander GB (KoBER), Ketua MPC Pemuda Pancasila Kota Bandar Lampung Christophan Deswansyah, Erika dari Lamban Sastra, Muadin (ketua Dewan Kesenian Metro), Iin Mutmainah, Edy Samudera Kertagama, dan Izbedy Setiawan ZS.
Koordinator FPD Arman Az mengaku terharu atas banyaknya dukungan dari berbagai elemen masyarakat sehingga acara ini berlangsung semarak.
“Saya terharu karena acara ini begitu semarak dan penuh perenungan tentang kepedulian para pemuda Lampung yang masih satu arah perjuangan selamatkan Rumah Daswati yang memilki nilai historis,” ujar Arman.
“Rumah Daswati adalah salah satu tempat paling bersejarah di Bumi Rua Jurai dan menjadi lokus berdirinya Provinsi Lampung. Namun sayang, kita lihat rumah yang sangat bersejarah ini sekian lama diabaikan oleh pemerintah dan masyarakat Provinsi Lampung,” katanya menambahkan.
Oleh karena itu, ujar Arman, Forum Penyelamat Daswati (FPD) mendesak Pemerintah Provinsi Lampung segera mengambil alih Rumah Daswati dan menjadikannya Cagar Budaya Lampung.
Menyikapi hal ini, Ketua DKM Muadin mengajak masyarakat mengumpulkan uang receh yang nantinya digunakan untuk biaya perbaikan Rumah Daswati.
“Ayo kita kumpulkan uang receh di jalanan, nantinya kita gunakan untuk biaya perbaikan rumah bersejarah ini,” kata Muadin.
Sementara itu, Ketua KNPI Bandar Lampung Iqbal mengatakan saat ini kondisinya serba salah. “Berbicara salah, diam pun bermasalah. Gerakan ini supaya pemerintah serbasalah,” kata Iqbal.
Selanjutnya, salah satu aktivis mahasiswa asal Kota Metro Nana Ratnasari mengatakan, Daswati adalah harga diri masyarakat Lampung. “Daswati adalah Piil masyarakat Lampung yang harus diperjuangkan,” katanya.
Sedangkan Ketua Kelas Diskusi Kader (Klasika) Chefri Hutabarat menyampaikan saat ini semua kehilangan arah. Dia juga menilai Rumah Daswati saat ini dalam kondisi darurat sehingga harus segera diselamatkan.
“Di tengah sampah virtual dan ketololan kontestan Pilkada, kita kehilangan arah. Aktivis, seniman dll sudah lama tidak dipertemukan musuh bersama. Sepanjang apa nafas kita untuk mengadvokasi Rumah Daswati. Ini bukan gerak gerik, tapi gerakan terukur. Gerakan ini harus tuntas. Kita harus ciptakan situasi darurat. Rumah Daswati telah memanggil kita kembali untuk pulang,” kata Chefri.
Pernyataan dukungan juga disampaikan Direktur Ranau Institute Sandika yang menyoroti pentingnya menjaga Rumah Daswati sebagai lambang harga diri Lampung. “Kita harus tetap menjaga semangat perjuangan,” katanya.
Hal senada disampaikan Juru Bicara FPD Een Riansyah. Menurut Een, gerakan ini harus dituntaskan. “Kita akan terus bergerak tuntas setuntas tuntasnya! hidup Lampung!,” kata Een lantang. (Saleh/red)