Di Terminal
Usai perjalanan yang melelahkan
Aku tiba di pintu terminal
Bising klakson bersahutan tak henti
Deru kendaraan tak ada jeda
Langit menghitam
Debu-debu berebut membelai wajahku
Bus-bus datang
sebentar berhenti lalu pergi tanpa permisi
Orang-orang menunggu yang pulang
sebagian mengantar yang akan berangkat
Di sudut terminal
tampak remaja berjualan koran
keliling memburu pelanggan
Bapak-bapak paruh baya berjualan kopi untuk menafkahi anak istri
dan ibu pedagang nasi uduk setia melayani pembeli
Di sudut lain
ada yang sedang melepas rindu
saling berjabat tangan
berpelukan dan melambaikan tangan
Terminal ini
mencatat ribuan sejarah dan kenangan
tentang pertemuan, perpisahan
juga yang ditinggalkan
04 Agustus 2019
Dalam Doa
Kususuri jalan yang masih menyisakan pilu sebab beribu salah pada hari lalu
telah melumat banyak waktu
sehingga semua nyaris sia-sia
Semua yang fana telah membuat lena
dunia seakan jadi segalanya
membuat lupa dan alpa
salah dan khilaf terus tumbuh
bermekaran dari waktu ke waktu
Sesal muncul di sudut paling temaram
dalam jiwa sebab terlampau banyak dosa
Bagaimana bisa menghapusnya?
Ya Rabb
gamang diri tak dapat meneguhkan janji
kemana mesti aku mencari
agar kuat melawan uji
aku takut dibuai fana
dan sesat di puncak kelam
Ya Rabb
tunjukkan jalan-Mu
02 juli 2019
Menunggu
Jika berbincang denganmu tak bisa
sekadar mendengar suaramu tak apa
jika melihatmu dari dekat tak sanggup
dari jauh juga tak apa
Aku mengagumimu secara rahasia
sekadar menyapa, aku tak kuasa
hanya bisa menikmati luka
dan menumpuk kecewa
Bodoh mungkin, tapi biarlah
kelak jika semesta mengizinkan
dan rasa ini masih ada
mungkin aku akan menjumpaimu
atau terus menunggu
16 Agustus 2019
Pulang
Ratusan manusia berebut di depan loket
berdesakan demi selembar tiket
peringatan petugas tak lagi dihiraukan
Wajah-wajah dilintasi cemas
bergerombol seperti laron
saling dorong berebut menuju peron
berdiri menanti kereta datang
Kereta berhenti, semua sigap menuju kursi
kemudian duduk mengatur posisi
mencoba melepas penat di hampar sawah, lekuk sungai dan sapi petani yang digambar kereta laju
Perlahan cemas mulai kikis
bahagia kian nyala
karena pintu rumah sebentar lagi tampak dan rindu akan segera lunas
28 September 2019
Nur Annisa Septriza. Siswi Kelas XI IPA SMAN 1 Abung Semuli Lampung Utara, lahir di Sumberjaya, Lampung Barat pada 2002. Kini berproses di Sanggar Teater Komunitas Akasia Lampung Utara
————-
BUAT Kamu-Kamu yang keren dan kreatif, yang mau karya-karyanya dipublikasikan di Media Online lampungbarometer.id, silahkan kirim karya-karyamu; puisi, cerpen, atau cerita anak ke alamat Email: redaksi@sementara.biz.id. Karya kamu yang beruntung akan diposting pada Hari Minggu.