Seni Budaya

Buka Bersama, KSS FKIP Unila Gelar Diskusi Pola Pikir Mahasiswa dalam Berkesenian

19
×

Buka Bersama, KSS FKIP Unila Gelar Diskusi Pola Pikir Mahasiswa dalam Berkesenian

Sebarkan artikel ini

BANDAR LAMPUNG (lampungbarometer.id): Dalam rangka memperingati Hari Jadi Ke-19, Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Kelompok Studi Seni (UKMF-KSS) FKIP Universitas Lampung mengadakan Buka Bersama komunitas seni mahasiswa, komunitas kesenian serta seniman Lampung di Gedung Serbaguna Beranda Beliung FKIP, Sabtu (25/5/2019). Kegiatan yang dimulai Pukul 16.30 WIB ini juga diisi diskusi dengan Tema “Pola Pikir Kesenian Mahasiswa”. Tampak hadir beberapa seniman Lampung, di antaranya Cerpenis sekaligus aktor Teater Komunitas Berkat Yakin Alexander Gebe, Yulizar Fadli (cerpenis), dan Rahmad Saleh (penyair). Ketua UKMF-KSS FKIP Unila Wisma Ilham kepada lampungbarometer.id, mengatakan kegiatan ini diadakan sebagai ajang silaturahmi antarlembaga kesenian kampus dan komunitas kesenian di luar kampus di Lampung. Selain itu, kata dia, kegiatan ini juga bertujuan untuk menjalin komunikasi dan meminta saran dari para senior KSS dalam upaya menjaga marwah lembaga ini agar tetap eksis dalam proses berkesenian. “UKMF-KSS FKIP Unila telah menempuh perjalanan dan proses yang panjang sejak kelahirannya. Saat ini kami hanya melanjutkan berbagai hal yang sejak dulu sebenarnya sudah dilakukan, supaya di masa mendatang lembaga ini tetap eksis. Oleh karena itu perlu diskusi dan masukan dari para senior dan abang-abang serta rekan komutas lain,” ujar mahasiswa Prodi Bahasa Prancis ini. Dia juga mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh tamu undangan sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan ini. “Terima kasih atas kehadiran seluruh undangan; abang, mbak dan rekan semua. Mohon maaf atas segala keterbatasan kami dalam penyambutan,” katanya. Sementara itu, ditemui usai kegiatan Yulizar mengatakan organisasi kesenian mahasiswa memiliki peran tersendiri dalam membangun cakrawala berpikir mahasiswa. Kesenian, kata dia, merupakan salah satu faktor penting yang mampu menumbuhkan motivasi dan membangun militansi. “Memang perlu konsistensi agar tujuan berorganisasi (berkesenian, red) bisa terealisasi. Dan ini bukan hal mudah,” ujar Yulizar. Sedangkan Rahmad Saleh memberikan penilaian proses berkesenian di tingkat mahasiswa saat ini cenderung kurang greget dan tanpa arah. Oleh sebab itu, kata dia, perlu ketegasan program dan tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh organisasi kesenian di kampus. “Saya melihat saat ini nyaris tidak ada komunitas kesenian di kampus yang betul-betul melakukan proses berkesenian secara benar dan sungguh-sungguh. Hampir semuanya berproses alakadarnya, daripada nggak. Ini mungkin yang perlu dibangun dan diluruskan,” katanya. Sementara itu, salah satu dosen FKIP Unila Edi Siswanto, M.Pd. yang juga hadir dalam kegiatan ini mengatakan memang audah seharusnya mahasiswa sebagai agent of change melakukan kegiatan-kegiatan bersifat intelek melalui diskusi, seminar dan lain-lain. “Memang sudah seharusnya mahasiswa melakukan diskusi, bahkan wajib. Semakin banyak membaca dan berdiskusi tentu akan menambah wawasan pengetahuan dan membuka cakrawala berpikir. Sehingga mahasiswa tidak terkesan idiot. UKMF-KSS Unila harus mengambil peran lebih dalam hal ini,” kata dosen Program Studi PKn ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *