NYONYA Lee begitu populer di Lampung sebagai sosok yang dermawan. Perempuan yang sohor sebagai vice president Sugar Group Companies (SGC) ini termasyhur karena tak sungkan memberi sedekah dalam jumlah fantastis kepada calon kepala daerah di Lampung yang dia beri restu; gubernur maupun bupati, konon sedekah yang dia sumbangkan mencapai ratusan miliar bahkan triliunan rupiah.
Memang sejak satu dekade terakhir, Pilkada di Provinsi Lampung begitu lekat dengan sosok perempuan bernama Purwanti Lee alias Purwaty Lee atau Lee Purwati Couholt atau lebih dikenal dengan Nyonya Lee yang menjadi bagian paling penting dalam setiap episode pilkada Lampung yang selalu gemuruh dan gegap gempita.
Sosok Ibu Lee bukan perempuan biasa-biasa saja, dia bak kilau cahaya perpaduan antara Dewi Athena yang baik, bijaksana, cerdas serta punya strategi perang yang mumpuni dan Dewi Nike yang menjadi simbol keberanian, ketangkasan dan kemenangan, dalam mitologi Yunani.
Bagi tokoh politik di Sang Bumi Ruwa Jurai, restu dan kedermawanan Bunda Lee menjadi guarantee, simbol kesuksesan bagi siapa saja yang turun gelanggang mengadu nasib di pilkada Lampung. Dan tentu saja anggapan tersebut sangat sahih.
Jika melihat sepak terjangnya di percaturan politik Lampung satu dasawarsa terakhir, tak bisa disangkal titisan Dewi Nike yang cerdas, pemberani dan dermawan ini memang sangat dibutuhkan untuk membangun Lampung yang hebat dan berdaulat di masa depan; punya sekolah dan perguruan tinggi berkualitas hebat serta memiliki stadion sepak bola bertaraf internasional plus ditunjang infrastruktur jalan yang bagus. Posisinya sebagai vice president Sugar Group Companies (SGC) dengan kekuatan finansial sangat besar, diharapkan mampu membawa Provinsi Lampung terbang tinggi menuju langit kemajuan dan kesejahteraan.
Bahkan di pilkada Lampung, Nyonya Lee merupakan The Simbol Of Victory. Dialah sang pemenang yang sesungguhnya. Tengok saja pada kontestasi Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014 misalnya, dia mampu menyulap M. Ridho Ficardo yang kala itu masih sangat muda menjadi gubernur Lampung berpasangan dengan Bachtiar Basri. Lalu lima tahun kemudian, pada Pilkada Lampung 2019, tangan dinginnya mampu membawa Arinal Djunaidi yang berpasangan dengan Chusnunia Chalim duduk di kursi gubernur Lampung. Kerennya lagi, konon di dua episode Pilkada tersebut dia memberi santunan politik dalam jumlah yang fantastis.
Namun sayang, kedua gubernur yang dia beri santunan tersebut seperti gagap dan belum bisa mengejawantahkan gagasan-gagasan besar sang Vice President untuk membuat masyarakat Lampung menjadi sejahtera dan membawa Provinsi Lampung terbang menuju kejayaan. Alih-alih, Lampung malah dikepung beragam persoalan klasik tentang jalan rusak, pupuk langka, harga hasil panen yang murah, sistem PPDB bermasalah, rekrutmen kepala sekolah yang perlu dievaluasi, hingga jeritan para guru honorer. Belum lagi, problem APBD yang jumlahnya terbatas sehingga membuat Lampung nggak maju-maju dengan predikat IPM terendah di Sumatera.
Kini pintu gerbang pilkada telah dibuka, restu Nyonya Lee kembali dinanti. Dukungannya terhadap salah satu kandidat tentu akan berdampak langsung pada keberlangsungan pembangunan Lampung ke depan. Itulah sebabnya, untuk Pilkada Lampung kali ini Nyonya Besar begitu hati-hati mengambil keputusan memberikan “restunya”. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, kini sang decision maker tak mau kesalahan lagi sebab dia ingin calon yang diberi restu benar-benar punya track record kepemimpinan yang baik dengan visi yang jelas sehingga “sedekah politik” yang dia kucurkan betul-betul bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat Lampung, bukan malah masuk kantong pribadi para oportunis yang memanfaatkan jabatan untuk diri pribadi, keluarga, dan kelompoknya.
Banyak orang berpikir bahwa selama ini keputusan Nyonya Lee mendukung calon gubernur dengan tujuan mengamankan aset-aset miliknya. Pandangan ini tentu saja sangat keliru, sebab jika itu yang jadi alasan utama maka tidak seharusnya dia secara langsung turun gelanggang mendukung salah satu calon secara vulgar. Jelas ada alasan lain, sebab dia memang dermawan yang peduli pada masyarakat di sekitarnya. Baginya, memberi dan berbagi adalah peran yang sangat dia nikmati dalam setiap lakon di atas panggung kehidupan.
Nasihat Ibunda Bikin Nyonya Lee Sangat Peduli Pendidikan
Barangkali tak banyak masyarakat tahu, Purwaty Lee adalah sosok berjiwa sosial tinggi yang begitu peduli terhadap pendidikan anak-anak. Hal itu dibuktikannya dengan mendirikan sekolah TK, SD, SMP dan SMA Sugar Group yang memiliki sistem pendidikan modern dan berkualitas top dengan guru-guru berkualitas nomor satu. Menurut pengakuannya, jiwa sosial yang dia miliki tidak lepas dari didikan ibunya, Rachmiwaty. Dia juga mengaku semua yang dilakukannya untuk melaksanakan wasiat sang ibunda tercinta, yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui pendidikan sebagai bekal yang tidak bakal habis.
Oleh sebab itu, Ibu Lee meyakini hanya melalui pendidikan seseorang bisa mengubah nasib menjadi lebih baik dan berkesempatan menduduki posisi tinggi dan mendapat penghasilan yang lebih tinggi pula untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup keluarga.
Di awal mulai membangun sekolah, Purwaty Lee hanya memperbolehkan anak karyawan tetap di perusahaan miliknya yang bisa masuk SMA Sugar Group, tapi kemudian anak karyawan musiman pun bisa bersekolah di situ. Hebatnya lagi, sekolah dengan fasilitas modern dan ditunjang guru-guru terbaik yang terletak di tengah perkebunan dan pabrik tebu ini tidak hanya mendidik kemampuan akademik siswa, tetapi juga mendidik gaya hidup mereka agar berperilaku lebih baik.
Kepeduliannya terhadap pendidikan anak-anak tidak main-main, sejak Tahun 2008 Purwaty Lee memberikan beasiswa bagi lulusan SMA Sugar Group yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) favorit seperti UGM, IPB, UI, dan ITB. Mereka diberi asrama, uang saku, biaya kuliah gratis, dan penunjang lainnya selama kuliah. Setelah lulus, mereka akan kembali ke perusahaan menjadi karyawan sebagai calon pemimpin di masa datang.
Karena tidak semua ternyata cocok kuliah di jenjang S1, Purwaty Lee memberi kesempatan kepada anak-anak karyawan dan anak karyawan musiman, serta karyawan yang usianya masih memungkinkan untuk melanjutkan pendidikan, ke jenjang D3 di Politeknik Sugar Group dan juga mendirikan SMK Otomotif untuk anak-anak karyawan.
Tidak hanya dalam perusahaan, Purwaty juga mewujudkan keinginan ibunda dengan mendirikan SD, SMP, dan SMA bagi penduduk di luar perkebunan. Guru-guru pun diberi kesempatan kuliah S1 di Universitas Terbuka, dengan catatan kewajiban mengajar 10 tahun di sekolah tersebut. Terbaru, dia juga membangun perguruan tinggi berkualitas internasional Politeknik Tunas Garuda di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Produksi, pertama di Provinsi Lampung dengan menerapkan metode 70% praktek dan 30% teori.
Sebagai Vice President Sugar Group Companies, sang titisan Dewi Athena ini juga memiliki program corporate social responsibility (CSR) berkesinambungan sejak 2008, seperti pengobatan gratis bagi warga, pembagian sembako, pembangunan gedung sekolah beserta mebel, perlengkapan belajar mengajar, alat tulis kantor, tas, dan seragam. Juga membangun perkantoran kampung, perbaikan jalan, hingga pemberian insentif pamong kampung.
Tak hanya pendidikan anak-anak, kaum perempuan yang menjadi buruh di lingkungan perkebunan tebu milik Sugar Group Companies juga tidak lepas dari perhatiannya dengan memberi dukungan kepada mereka agar mampu menghidupi dan meningkatkan perekonomian keluarganya tanpa harus bergantung pada suami. Atas dedikasi tersebut, UGM sebagai almamaternya mengganjarnya dengan penghargaan Alumni Awards 2010 dalam Bidang Pembangunan Ekonomi.
Dengan reputasinya yang terlampau mentereng ini, jelas Nyonya Lee amat pantas menjadi tempat bergantungnya harapan jutaan masyarakat Lampung yang menginginkan provinsi ini maju, terbang menuju masa depan yang gilang gemilang.
Pada Pilkada Lampung episode kali ini yang ingar bingarnya mulai terdengar riuh, beberapa nama beken dikabarkan siap bertarung menuju kursi gubernur dan wakil gubernur sebut saja Arinal Djunaidi, Umar Ahmad, Rahmat Mirzani Djausal, Hanan A. Rozak, Herman HN, Chusnunia Chalim, Mukhlis Basri hingga Dendi Ramadhona. Kinilah saatnya bagi Nyonya Lee untuk mewujudkan mimpi masyarakat Lampung yang telah berpuluh tahun mengidamkan Lampung yang maju dan sejahtera.
Lantas siapakah yang dianggap layak dan pantas menerima berkah dan kucuran sedekah dari Sang titisan Dewi Athena?
Anton Kurniawan, masyarakat biasa tinggal di Provinsi Lampung.