x

Perjamuan Prosa: Diskusi & Launching 8 Novela Berbasis Sejarah Lampung Bedah Jurus Sakti di ‘Medan Tempur’ Nasional

waktu baca 4 minutes
Rabu, 29 Okt 2025 12:32 0 187 admin

Bandar Lampung (LB): Lampung Literature mengelar Perjamuan Prosa: Diskusi & Launching Novela Berbasis Sejarah dan Budaya Lampung di Kafe Klasika, Sukarame Bandar Lampung, Selasa (28/10/2025) malam.

‎Menghadirkan narasumber Sejarawan Arman AZ serta Penyair dan Sutradara Ari Pahala Hutabarat, kegiatan diskusi yang dipandu fiksionis Yulizar Lubay ini membedah trik dan upaya agar para novelais yang karya-karyanya didiskusikan bisa bertarung di medan tempur nasional.

‎Ketua Lampung Literature Iskandar GB, menyampaikan lahirnya delapan novela ini merupakan buah dari proses yang cukup panjang. Dia juga mengatakan delapan novela terpilih setelah melalui penyaringan yang ketat dan terbuka dengan melibatkan para ahli dan profesional.

‎”Delapan karya novela yang malam ini di-launching merupakan hasil dari sebuah proses yang cukup panjang. Banyak karya novela yang masuk hingga akhirnya terpilih delapan novela ini. Sebelumnya, kami juga telah melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap para novelais hingga karyanya di launching malam ini, ucap lelaki gondrong asal Ulubelu yang akrab disapa Alex ini.

‎Dia juga mengungkapkan kegiatan ini terlaksana bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar Dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Balai Bahasa Provinsi Lampung.

‎”Terima kasih kepada Badan Bahasa Kemendikdasmen dan Balai Bahasa Provinsi Lampung serta semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini,” ucapnya.

FOTO BERSAMA. Para novelais pemenang sayembara novela berbasis sejarah Lampung yang digelar Lampung Literature bekerja sama dengan Badan Bahasa foto bersama usai acara Perjamuan Prosa: Diskusi & Launching Novela Berbasis Sejarah dan Budaya Lampung yang digelar di Kafe Klasika, Selasa (28/10/2025) malam.

‎Dian, mewakili Balai Bahasa Provinsi Lampung, dalam sambutannya, memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Dia juga menegaskan Balai Bahasa akan selalu memberikan dukungan untuk perkembangan bahasa di Lampung.

‎”Balai Bahasa Provinsi Lampung selalu mendukung setiap kegiatan yang bertujuan demi perkembangan bahasa,” ujar Dian.

‎Arman AZ, dalam pandangannya menyebut ada dua poin penting terkait diskusi ini, yakni menunjukkan kehidupan sastra di Lampung masih terus bergeliat sekaligus menjawab kesepian prosa Lampung. Menurut Arman, kelahiran delapan novela ini menjawab kekosongan prosa yang menulis dengan menjadikan Lampung sebagai lokus.

‎”Delapan novela berbasis sejarah dan budaya Lampung ini telah ‘menyelamatkan’ sejarah, budaya dan tradisi Lampung’ karena kita sangat kekurangan referensi dan literatur budaya Lampung. Kita bisa melihat bagaimana hukum adat sudah tidak lagi mampu menjadi solusi di hadapan situasi dan permasalahan yang sangat kompleks saat ini; mulai dari sengketa lahan, masalah ekonomi dan lain-lain,” tutur Arman.

‎”Hari ini kita kesulitan melacak kedalaman budaya Lampung. Melalui delapan novela ini yang lengkap secara tema dan latar kebudayaan, menunjukkan kepada kita ternyata banyak khasanah Lampung yang belum terungkap. Banyak program dan hal baru yang saya temukan dalam delapan novela ini,” imbuhnya.

‎Dia juga menilai Lampung Literature sebagai salah satu kantong budaya sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. “Kita hidup di bawah cincin api. Bahasa Lampung menjadi jalur evakuasi titik kumpul untuk menjaga kebudayaan Lampung,” pungkasnya.

‎Sementara itu, Ari Pahala menyoroti
‎pentingnya sayembara penulisan novela ini. Menurut Ari, novela punya tantangan sendiri dan cukup membantu bagi penulis yang kurang punya keliatan stamina untuk menulis novel.

‎Dia menjelaskan, untuk puisi Lampung cukup bersaing di Indonesia tapi untuk prosa jauh ketinggalan. Menurut Ari, prosais asli Lampung yang bisa bersaing di Indonesia nyaris tidak ada, inilah alasan Lampung Literature menggagas kegiatan ini.

‎”Novela ini kalau dicetak sekitar 75 halaman. Ini cukup membantu bagi penulis yang kurang punya kekuatan stamina untuk menulis novel. Lampung kosong untuk prosais lokal. Kalaupun ada belum ada karya yang mengangkat budaya Lampung sebagai alas karyanya. Ini penting sebagai upaya merevitalisasi dan sosialisasi budaya Lampung di level nasional,” ungkap Ari.

‎”Mari kita bertarung di medan perang modern yang universal dengan bahan awal dan modalnya budaya Lampung, sehingga budaya Lampung menjadi pantas. Mampukah kita bermain di medan kebudayaan nasional atau global. Inilah titik pentingnya, kenapa workshop delapan novela ini dilakukan,” pungkasnya.

Tampak hadir dalam diskusi ini di antaranya: penyair Edy Samudera Kertagama, Ketua Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) sekaligus founder Media lampungbaroneter.id Anton Kurniawan, akademisi Unila Edi Siswanto, Neri Juliawan, founder Klasika Chefri Hutabarat, para seniman dan aktivis kampus.

Inilah delapan karya novela berbasis sejarah dan budaya Lampung pemenang sayembara:

  1. Cepala karya Hazizi
  2. Pulau Daging karya Naomi Ambar Wulan
  3. Kayu Hujan karya Novian Pratama
  4. Nisan Luka karya Selasa Alfira
  5. Di Batas 40 karya Minarno
  6. Rumah Tua di Tepi Repong Damar karya Triamiyati
  7. Kereta Radin Bungsu karya Aisyah
  8. Hujung Langit karya Mada Eliana

(Herdi)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
LAINNYA