SIANG di awal Bulan Oktober itu sedikit mendung. Cuaca yang biasanya sangat terik, terasa sejuk dan cukup bersahabat. Dari laut, angin beraroma garam yang kering dan gersang bergerak cepat menampar pesisir pantai menuju daratan kemudian memeluk erat angin hutan beraroma daun segar yang turun dengan lekas dari pegunungan yang memagari Desa Sanggi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung pada Kamis di awal Oktober itu.
Beberapa daun kering Ketapang yang terdampar di tepi jalan berlarian menepi diseret angin kala kendaraan yang kami tumpangi melewati jalan menikung di pesisir Kabupaten Pesawaran Lampung. Di Kamis yang sangat cerah itu, saya bersama beberapa teman pengurus Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), mendampingi Ketua JMSI Lampung Ahmad Novriwan beraudiensi dengan Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 4 Marinir/BS Kolonel Marinir Bob Osianto Siregar. Ya, hari itu kami akan bertemu dengan Komandan Marinir.
Setelah melalui beberapa kelokan, usai melewati jalan bersimpang yang menjadi pembatas laut asin dan gunung hijau sentosa, kami sampai di sebuah gerbang berwarna cerah markas Brigif 4 Marinir/BS. Beberapa orang bertubuh atletis bersepatu lars dan berseragam lengkap dengan sigap menyongsong dan menanyakan tujuan kami ke markas tentara itu. Kurang dari tiga menit, setelah menyampaikan tujuan kedatangan serta menunjukkan Kartu Tanda Pengenal, kami diarahkan menuju sebuah gedung berlantai dua yang merupakan bangunan utama di areal Markas Brigif 4 Marinir/BS.
Di depan pintu masuk utama terlihat beberapa perwira Marinir menyambut dengan ramah dan santun, lalu mengarahkan dan mendampingi kami menuju sebuah ruangan yang tidak terlalu mewah, tapi terasa asri dan lapang. Sebuah ruangan yang sederhana namun mengesankan kekuatan dan wibawa khas Marinir.
Kami dipersilahkan duduk. Lalu bincang-bincang yang renyah, mulai mengalir. Suasana begitu cair dan hangat. Tak perlu menunggu, kopi dan penganan ringan hadir menjadi teman berbincang. Wuiih… bak penerima tamu di hotel berbintang, para Perwira dan Prajurit Marinir itu ternyata begitu cakap menerima tamu. Sungguh sebuah sikap yang keren, apa adanya dan tidak dibuat-buat. Sebuah kejujuran. Hal yang kini terasa mulai langka di tengah zaman yang semakin gila dan ‘banyak basa-basi ini’. Jelas, sebuah suguhan yang elegan dan sangat berkelas.
Berselang beberapa menit Sang Komandan, Kolonel Marinir Bob Osianto Siregar masuk, tubuhnya tinggi besar dan gagah dengan wajah cerah warna coklat khas ‘orang lapangan’. Senyumnya merekah, menyapa dalam volume suara yang sedang.
“Mohon maaf tidak langsung menyambut sehingga Bapak-Bapak harus menunggu. Habis mengantar ibu saya yang kebetulan kondisinya sudah sakit, maklum sudah tua,” tuturnya sambil melepas baret ungu, memperbaiki posisi tongkat komando, lalu mengulurkan tangan bersalaman. Satu-satu kami dihampiri. Pemandangan yang sangat keren! Saya terpana.

Obrolan mengalir deras. Beragam bahasan ringan jadi topik pembicaraan; mulai situasi politik terkini, peran media, berita hoaks, hingga kondisi Prajurit Brigif 4 Marinir, semua dibahas. Dalam obrolan ini Sang Komandan Brigif 4 Marinir dan Ketua JMSI Lampung sama-sama sepakat situasi kondusif di Indonesia, khususnya di Lampung harus selalu dijaga. Keduanya juga sepakat toleransi dan saling menghargai harus dijunjung tinggi di NKRI yang memiliki beragam suku bangsa dan agama ini.
Iya, betul keduanya sepakat tidak ada tempat bagi kelompok intoleran di Indonesia yang memiliki budaya luhur dan adiluhung.
Beberapa detik kemudian, perbincangan semakin meriah. Beberapa obrolan serius disela dan ditimpali candaan sederhana membuat waktu terasa berlari terlalu lesat. Lalu, beberapa menit selanjutnya, Sang Komandan meminta beberapa prajurit menyajikan buah durian.
Melihat buah yang beraroma khas ini serta merasakan sambutan yang luar biasa, saya tiba-tiba mengambil kesimpulan bahwa buah berduri dengan daging berwarna kuning emas itu memang sangat cocok menggambarkan sosok Marinir. Terkesan angker dan ‘garang’ tapi sesungguhnya berhati baik dan lembut.
Diskusi berlanjut. Ditemani kopi pahit, penganan ringan, dan buah durian tembaga, diskusi terasa semakin legit dan manis. Dan sudah tentu, buah bertampang sangar dan berdaging lezat tersebut tandas kami lahap.
Lewat tengah hari, saat semua berpikir pertemuan akan segera berakhir karena Ketua JMSI Provinsi Lampung sudah menyatakan segera pamit, ternyata Sang Komandan memberi kejutan dengan mengajak berkeliling areal Mako Brigif 4 Marinir/BS dan latihan menembak.
“Mumpung masih di sini. Wilayah ini jauh dari kota, jadi kita lihat-lihat dan keliling dulu wilayah Brigif ini dan kalau berkenan kita ke lapangan tembak,” ucap Sang Komandan diplomatis. Tentu saja tawaran yang agak sulit ditolak, karena ini sebuah kesempatan yang bisa disebut langka. Selanjutnya, kami berkeliling melihat-lihat areal Brigif 4 Marinir/BS yang kemudian dilanjutkan ke Lapangan Tembak.
Di Lapangan Tembak kami dikenalkan dengan senjata dan cara membidik sasaran. Setelah diberi arahan tentang bagaimana memegang pistol dan senjata laras panjang, kami dipandu untuk menembak sasaran berupa lingkaran hitam yang berjarak sekitar 10-20 meter. Bagi saya dan beberapa teman, tentu saja ini sebuah pengalaman pertama.
“Tarik napas, tahan setengah lalu perlahan tarik pelatuk. Jangan terburu hingga terdengar letusan. Lalu, lepaskan napas,” demikian beberapa instruktur memberi tips bagi penembak pemula sambil mencoba memperbaiki posisi jari telunjuk dan ibu jari saya.
Dengan berjuang keras saya berupaya membidik sasaran. Dan hasilnya? Tiga tembakan tidak ada yang tepat sasaran. Tiga letusan semua meleset. Setelah melepas tiga butir peluru, yang semuanya tidak tepat sasaran, saya menyerah. Ternyata, bagi seorang pemula yang belum pernah menembak seperti saya, pekerjaan menembak bukanlah hal yang mudah.
Namun satu yang pasti, ini merupakan pengalaman yang sangat mewah, belajar menembak didampingi langsung Komandan Brigif dan para Perwira Marinir. Pengalaman langka yang sangat sedap dikenang.
Pertemuan pada Kamis siang yang meriah itu ditutup santap siang yang sangat berkesan di pinggir lapangan tembak.
Seperti tak henti membuat kejutan, di penghujung pertemuan, para Marinir bertampang sangar itu lagi-lagi memberikan kejutan dan memberikan pembelajaran berharga. Betapa tidak, Kolonel Marinir Bob Osianto Siregar didampingi beberapa Perwira serta Prajurit Brigif 4 Marinir/BS mengantar kami hingga di tempat parkir. Sempurna.
Bagi saya inilah Kamis yang agung dan spesial. Sebab seorang Komandan mengajarkan kesederhanaan dan keteladanan dari bagaimana menyambut dan memuliakan tamu hingga bagaimana memaknai kehidupan. Kini saya meyakini, ibarat buah, Marinir adalah buah Durian, bertampang garang dan sangar tapi hatinya lembut dan penuh cinta.
Terima kasih Komandan Brigif 4 Marinir/BS Kolonel Marinir Bob Osianto Siregar dan Jajaran. Semoga Brigif 4 Marinir/BS semakin kuat. TNI kuat Indonesia hebat. Jalesu Bhumyamca Jayamahe! (Kamis, 7 September 2023)
ANTON KURNIAWAN. Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Komentar