x

Pilkada: ‘Generasi Micin’ (Gen Z) Ikut ‘Nyoblos’ Yuuk..

waktu baca 6 minutes
Kamis, 13 Feb 2020 11:40 0 15 admin

“BERI aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kata-kata yang dilontarkan Founding Father, Presiden Soekarno ini menyiratkan bahwa kaum muda sangat berpengaruh dalam menentukan nasib suatu bangsa.

Oleh sebab itu, sangat penting memberikan kesempatan yang lebih luas dan besar kepada generasi muda saat ini, untuk lebih proaktif sebagai agen perubahan dalam kegiatan bernegara dan berdemokrasi. Caranya dengan mengedukasi mereka tentang pentingnya peran generasi muda dalam demokrasi melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah SMA atau sederajat; yakni dengan pembelajaran Mata Pelajaran Kewarganegaraan.

Seiring perkembangan zaman, masyarakat sering menyebut generasi muda saat ini dengan sebutan Generasi Z atau sebagian masyarakat umum menyebutnya dengan Generasi Micin. Generasi yang menurut para sosiolog terlahir dari tatanan kehidupan yang serbainstan dan cepat. Generasi yang dibangun dari peradapan digital yang serba cepat dan terbuka. Sehingga karakter yang terbentuk dari Generasi Z adalah karakter digital dengan karakter dan ciri-ciri umum:

  1. Mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Gennerasi Z tidak mengenal dunia tanpa smartphone atau media sosial. Ketika iPhone dirilis pada 2007 anggota tertua dari generasi ini berusia 11 tahun dan anggota bungsu belum dilahirkan. Mereka mengetahui semua seluk-beluk teknologi. Bahkan, kemampuan teknologi mereka seakan bawaan dari lahir.
  2. Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, line, whatsapp, telegram, instagram, atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.
  3. Generasi Z menyadari bahwa mengumbar hidup di mata publik dapat dengan mudah menghantui mereka. Generasi Z telah belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan memilih platform yang lebih bersifat privasi dan tidak permanen.
  4. Generasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.
  5. Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan sekitar. Tanpa diragukan lagi, generasi Z akan menjadi generasi yang paling beragam yang memasuki lapangan kerja dalam sejarah Amerika Serikat. Mereka terdiri dari berbagai bagian dari kelompok ras atau etnis minoritas. Mereka juga dibesarkan untuk lebih menerima dan menghormati lingkungan dibanding generasi orang-orang sebelumnya.
  6. Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit.
  7. Menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas.
  8. Kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.
  9. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim ini.

Goldman Sachs dalam studinya menemukan hampir setengah dari Gen Zers terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Z Gen mengalami gejala negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka.

Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan generasi Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier mereka.

Di Indonesia Generasi Z pertama adalah generasi kelahiran tahun 1995, dimana pada saat itu internet sudah hadir di Indonesia. Generasi Z tersebut sudah beranjak dewasa, mencari dan memiliki pekerjaan, melihat peralihan rezim orde baru ke rezim reformasi, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bidang-bidang dalam kehidupan sehari-hari seperti ekonomi, politk, sosial, budaya, agama dan lainnya.

Menurut penelitian Nielsen Consumer dan Media View pada Q2 2016 terhadap Generasi Z di 11 kota di Indonesia, hasilnya
mayoritas Generasi Z Menonton TV Akhir pekan. Data Nielsen TV Audience Measurement periode April – Juni 2016 menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih banyak menonton televisi pada waktu pagi di akhir pekan.

Lima tahun lalu Warung Internet (Warnet) merupakan tempat utama bagi anak-anak (81%) dan remaja (56%) untuk mengakses internet, kini Warnet tergantikan oleh rumah, dimana 49% anak-anak dan 62% remaja mengakses internet dari rumah mereka. Angka tersebut meningkat dari 7% pada anak-anak dan 9% pada remaja. 93% anak-anak dan 97% remaja menyatakan mereka mengakses internet melalui perangkat mobile mereka seperti smartphone atau iPad. Aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah berinteraksi melalui media sosial, menjelajah internet, bermain game dan mendengarkan musik.

Radio Masih Memiliki Tempat di Hati Generasi Z meskipun Televisi dan Internet menjadi media favorit bagi Generasi Z.

Temuan Nielsen Radio Measurement kuartal kedua tahun ini menunjukkan bahwa tingkat penetrasi Radio pada konsumen Generasi Z adalah 20% ke atas. Mereka lebih banyak mendengarkan radio melalui perangkat mobile – Remaja 39% dan Anak-anak 20% – dan lagu Pop Indonesia merupakan genre lagu yang paling disukai oleh remaja (57%) dan Anak-anak (46%). Selain itu, Generasi Z juga adalah pengunjung bioskop yang setia.

Di 11 kota yang disurvei Nielsen, rata-rata anak-anak pergi ke bioskop 9 kali dalam satu tahun, dan remaja 11 kali dalam satu tahun. Dengan kata lain, hampir setiap bulan mereka pergi menonton di bioskop. Olahraga merupakan kegiatan yang paling disukai anak-anak (48%) dan remaja (44%). Kegiatan berikutnya yang paling disukai adalah menonton TV, yaitu 38% pada anak-anak dan 32% pada remaja, dan mendengarkan musik dengan 17% pada anak-anak dan 25% pada remaja.

Sebanyak 11% anak-anak menyatakan bahwa kegiatan yang mereka sukai setelah mendengarkan musik adalah membaca buku. Sementara itu, setelah mendengarkan musik, remaja lebih sukèa menjelajah internet (17%). Temuan di atas menunjukkan bahwa Genersi Z masih dapat dijangkau oleh media, termasuk media tradisional. Televisi, Internet, dan Radio merupakan media utama yang mereka konsumsi. Selain penetrasi TV masih yang tertinggi (diatas 95% pada anak-anak dan remaja), penetrasi TV berbayar juga mencapai 10%.

Pola konsumsi internet juga menunjukkan peningkatan dalam lima tahun terakhir, dimana pada kuartal kedua 2016 penetrasi internet pada anak-anak adalah 45% – meningkat 13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 – dan pada remaja adalah 81% – meningkat 29% dibandingkan dengan kuartal kedua 2011. Rata-rata remaja menghabiskan waktu lebih dari dua jam.

Rata-rata remaja menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk mengkonsumsi internet (2 jam 29 menit) dan radio (2 jam 20 menit), sementara anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu dengan 1 jam 37 menit untuk internet dan 1 jam 45 menit untuk radio.

Menurut Hellen Katherina, Executive Director, Head of Watch Business, Nielsen Indonesia “Gen Z adalah masa depan, karena itu penting bagi para pelaku industri untuk memahami perilaku dan kebiasaan mereka. Lahir pada era digital, Gen Z memiliki kebiasaan yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, dan bahkan pada usia yang sangat muda mereka sudah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan membeli dalam keluarga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa edukasi politik yang diterapkan pada Generasi Z lebih efektif malalui sarana atau media electronik dan internet. Bentuk materi kemasan yang diharapkan dalam mensosialisasikan harus bersifat menghibur dan santai. Seperti contohnya media meme atau film seperti film Gie/ So Hok Gie.

Fakta di atas menunjukkan bahwa dituntut kreatifitas yang tinggi dari para pendidik yang bertanggung jawab secara langsung atau tidak langsung, untuk mendidik pemilih pemula zaman sekarang menjadi generasi yang sadar dan bertanggung jawab secara penuh terhadap diri pribadi, sosial masyarakat, dan warga negara Indonesia yang baik.

Pemilihan media pembelajaran politik yang tepat juga sangat menentukan tingkat keberhasilan penyampaian materi pendidikan politik atau sosialisai pendidikan politik yang akan disampaikan, sehingga dapat menggugah kesadaran berpolitik bagi pemilih pemula. Karena perkembangan dan kemajuan zaman sangat menentukan karekteristik dan sifat dari pemilih pemula zaman sekarang.

Bukti-bukti ini menjadi penting bagi para kontestan politik di Pilkada Serentak 23 September mendatang untuk meraih peluang emas dalam merayakan pesta demokrasi secara elegan dan sehat.

MARLES ARITONANG, S.Pd., penulis, tinggal di Lampung Selatan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Februari 2020
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
242526272829  
LAINNYA