Seni Budaya

Liar LEAR: Kober Angkat Phobia ‘Pensiunan’ Raja dan Satir Rusaknya Demokrasi Akibat Politik Dinasti

144
×

Liar LEAR: Kober Angkat Phobia ‘Pensiunan’ Raja dan Satir Rusaknya Demokrasi Akibat Politik Dinasti

Sebarkan artikel ini

Bandar Lampung (LB): Rumah Kebudayaan Komunitas Berkat Yakin (Kober) sukses mementaskan teater monolog ‘Liar Lear, yang diadaptasi dari Lakon King Lear karya William Shakespeare di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Kamis (12/12/2024).

Dalam lakon ini, sang aktor Iskandar GB berhasil tampil maksimal dan menarik penonton untuk masuk ke dalam pusaran peristiwa dan adegan yang dia mainkan. Iskandar mampu dengan apik memainkan dua peran; sebagai Raja Lear yang “dipensiunkan” oleh putrinya dan terusir ke pengasingan dalam kesepian yang akut dan sebagai badut yang merupakan bagian lain dalam diri Raja Lear yang berhasil menjebak sang raja sehingga kerap ngawur dalam mengambil keputusan untuk rakyat dan negerinya.

Dikisahkan dalam lakon ini, Raja Lear yang berambisi menjadi tokoh demokrasi sekaligus pemimpin yang dikenang oleh rakyatnya berupaya untuk melanggengkan kekuasaan, namun ia dikhianati oleh dua putrinya; Goneril dan Regan yang kemudian mengusirnya ke tempat pembuangan. Sementara putri bungsunya yang dia sayangi, Cordelia, diusir oleh Raja Lear karena menolak memberikan pujian (palsu).

Di pengasingan, Raja Lear yang mengalami tekanan kejiwaan merasa kesepian hanya ditemani badut, bagian lain dalam dirinya. Di pengasingan ini pula sang raja yang dipensiunkan oleh keluarganya sendiri, orang-orang dia sayangi, mulai menyadari keputusan salah yang telah dia lakukan selama menjadi raja, dan yang paling fatal adalah keinginannya mempertahankan kekuasaan melalui politik dinasti yang bertentangan dengan demokrasi yang dia agungkan.

FOTO BERSAMA. Direktur Eksekutif Rumah Kebudayaan Komunitas Berkat Yakin (Kober) Ari Pahala Hutabarat dan aktor teater Iskandar GB foto bersama kru dan tim lakon Liar Lear, Sebuah Monolog adaptasi dari King Lear karya William Shakespeare yang dipentaskan di Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Kamis (12/12/2024). (Foto: dok. lampungbarometer.id)

Melalui pementasan ini, Rumah Kebudayaan Kober, melalui aktornya secara langsung mengkritisi maraknya politik dinasti di Indonesia, termasuk di Lampung, yang telah merusak tatanan kehidupan masyarakat dan menghancurkan nilai-nilai demokrasi.

“Kalau bapaknya pimpinan parpol, maka anak, paman dan bibinya juga menjadi pengurus parpol. Kalau Bapaknya menjadi Gubernur maka anak, adik, istrinya menjadi Bupati dan anggota dewan…” demikian sebagian dialog dalam lakon ini.

“Selamat tinggal kewarasan, selamat tinggal badut yang kini perannya banyak diambil anggota dewan…”

Koordinator Tim Produksi, Yulizar Lubay menjelaskan pementasan ini merupakan kerja sama Kober dan Lab Indonesiana: Dapur LCT. Rumusan platform ini, ucapnya, distimulasi Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

“Kami mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan apresiasi semua pihak dalam pementasan ini,” kata Yulizar.

FOTO BERSAMA. Para kru dan aktor foto bersama usai pementasan. (Foto: dok. lampungbarometer.id)

Sementara itu, ditemui usai pementasan, sang aktor Iskandar GB mengaku cukup berat dan menantang memainkan peran Raja Lear dalam lakon monolog ini.

“Dari preposisi menjadi naskah kemudian diangkat ke panggung, sebagai aktor aku sulit menakar kesadaran di atas panggung. Naskah ini juga menantang aktor untuk terus-menerus berproses,” ujar GB.

Sementara Budayawan dan Sutradara sekaligus Direktur Eksekutif Rumah Kebudayaan Kober Ari Pahala Hutabarat, menjelaskan selalu ada yang dipelajari dari setiap proses. Oleh sebab itu, dia meminta semua tim yang terlibat pementasan untuk menikmati peran dan tanggung jawabnya masing-masing.

“Dari setiap proses selalu ada yang dipelajari untuk semua lakon yang kita pegang; aktor, setting, pengurus proposal dan lain-lain, semua memiliki peran yang sama pentingnya. Hidup ini hanya senda gurau, maka kita perlu lebih rileks dan santai,” katanya. (ak)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *