LAMPUNGBAROMETER.ID – Di bawah terpaan terik sinar mentari, puluhan murid Sekolah Dasar di Kabupaten Tulang Bawang Barat berjalan beriringan menuju tanah lapang di komplek Kampus Politeknik Tunas Garuda Uluan Nughik, Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Rabu (23/8/2023) untuk mengikuti workshop pembuatan layang layang sederhana oleh Perkumpulan Pelayang Seluruh Indonesia (Pelangi) Tulang Bawang Barat bekerja sama dengan Pelangi Provinsi Lampung.
Workshop dengan materi pembuatan layangan delta berbahan dasar kertas dan bambu ini diikuti 70 peserta yang berasal dari SDN 14 Tulang Bawang Tengah dan SDN 14 Tulang Bawang Udik.
Kegiatan workshop ini sebagai bagian dari Festival Layang Layang Tubaba I 2023 yang diselenggarakan Pelangi Tubaba dalam rangka ikut memeriahkan HUT Ke-78 Kemerdekaan RI. Di bawah bimbingan Om Aris Priyanto, anak-anak mengikuti kegiatan workshop dengan penuh antusias. Wajah-wajah ceria penuh kegembiraan tergambar dengan jelas. Cuaca panas tak menyurutkan semangat mereka.
Sebelum materi pembuatan layangan dimulai, Om Aris terlebih dahulu memperkenalkan beberapa jenis layangan Koleksi Pelangi Lampung, mulai dari layangan tradisional, layangan kreasi, layangan sport, juga layangan train naga dan non naga, serta beberapa jenis layang layang non rangka.
Anak anak nampak penuh heran dan tentu sedikit bengong, karena ternyata layangan yang diperkenalkan punya bentuk, model, macam, dan bahan yang sangat beragam dan jauh berbeda dengan layangan yang selama ini mereka kenal. Selama ini, sebagian besar anak anak baru mengenal layangan tradisional sendaren/bapangan, layangan delta atau ulan ulan ekor panjang, dan layangan aduan/sebotan, yang umumnya berbahan dasar kertas, plastik dengan rangka dari bambu.

Mereka sama sekali belum tahu kalau ada jenis layangan lain seperti layangan train/renteng, layangan parafoil, layangan flowform, rokaku, layangan sport stunt Kite dengan 2 tali, dan layangan 4 tali jenis revolution Kite. Sebagian besar layang layang koleksi Pelangi Lampung berbahan dasar kain parasut dan rifstock (kain layar). Adapun rangka sebagian besar dari karbon fiber. Tentu ini menjadi pengetahuan dan pemandangan menarik bagi anak-anak dan masyarakat pada umumnya.
Kegiatan workshop diawali pembagian bahan dilanjutkan dengan penjelasan tahapan pembuatan layangan. Anak -anak diarahkan memilih rangka bambu untuk diberi lem kemudian ditempelkan secara vertikal pada bahan kertas yang telah disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan rangka horisontal secara melintang dengan rangka utama. Setelah itu, mereka diminta memasang ekor layangan yang terdiri atas 4 helai kertas panjang warna warni, 2 di sayap kanan dan kiri, dan 2 di ekor.
Tahap akhir pembuatan layangan adalah pemasangan tali kama/tali goci. Pada tahap ini sebagian besar peserta mengalami kesulitan, karena pada umumnya peserta sama sekali belum pernah membuat layangan. Melihat kondisi demikian, dengan telaten Om Aris dibantu beberapa rekan panitia dan guru pendamping mencoba terus membimbing dan menyemangati anak anak untuk bisa memasang tali kama/tali goci. Akhirnya, setelah kurang lebih memakan waktu kurang dari 45 menit, pembuatan layangan selesai.
Dalam situasi cuaca panas terik, langit terlihat biru bersih, satu persatu anak anak keluar dari tenda workshop dengan bangga menenteng layangan hasil karya sendiri. Dengan wajah gembira, anak anak berlarian kesana kemari menarik layangan. Sebagian besar layangan berhasil terbang dengan baik, sebagian lainya jatuh dan saling berlilitan satu dengan lainnya. Ada wajah sedih, tapi lebih banyak yang ceria dan bahagia.
Di balik senyum ceria anak anak, nampak ikut membaur bersama anak anak Ketua DPRD Tubaba, Kajari Tubaba, Kadisdik, Kadispora, Kadis Lingkungan Hidup dan juga Kadiscapil Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kehadiran para pejabat utama Tulang Bawang Barat ini tentu patut diberi apresiasi tinggi karena akan memberi motivasi tersendiri bagi anak anak maupun warga. Semua bergembira bersama dan sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pelestarian, pembinaan dan pengembangan olahraga tradisional yang berbasis masyarakat.
Saat diminta tanggapannya, Kadis Pendidikan Tubaba memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif Pelangi Tubaba untuk mengadakan kegiatan festival, terlebih salah satu kegiatannya adalah workshop layang-layang untuk anak anak. Ini sungguh sangat penting dan bermakna. Karena melalui kegiatan ini anak-anak kembali mengenal lebih dekat terhadap layang-layang.
Kadispora Tubaba juga memberikan apresiasi yang sama. Menurutnya, kegiatan seperti ini menarik dan sangat edukatif sehingga mesti terus digalakkan dan dibesarkan. Layang-layang bisa menjadi pendorong kegiatan kepariwisataan dan pengembangan UMKM, yang akan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu, Mas Ponco (panggilan akrab Ketua DPRD Tubaba) juga sangat menikmati kegiatan ini. “Bermain layang-layang mengingatkan romantisme berpuluh tahun yang lalu, saat bersama dengan temen-temen sebaya, mengejar layangan yang putus, walaupun berakhir kecewa karena layangan nyangkut di pohon kelapa, tentu kami gak berani memanjatnya,” ungkap Mas Ponco dengan wajah serius.
Bambang Suntoro penggagas sekaligus ketua pelaksana kegiatan menyampaikan workshop pembuatan layang-layang sudah menjadi program prioritas Pelangi Lampung dalam setiap event layangan. Workshop pembuatan layangan untuk anak-anak PAUD, SD sampai SLTA harus terus digalakkan dan diperbanyak frekuensi kegiatannya.
Selain sebagai upaya pelestarian, pembinaan dan pengembangan layang layang, juga untuk mengenalkan kembali layang-layang sebagai bagian dari khasanah kebudayaan nasional bangsa Indonesia. Permainan layang-layang diyakini mampu memberikan perspektif dan edukasi bagi anak anak.
Permainan layang-layang banyak memberikan perspektif dan edukasi baru kepada anak terutama dalam hal ilmu pengetahuan dasar, pengenalan terhadap alam sekitar (cuaca, angin, langit), pengenalan terhadap seni dan keindahan, kesehatan dan kebugaran, serta mengajarkan anak untuk bersosialisasi. Kalau nggak main layangan, berarti nggak gaul.
Bambang menegaskan bermain layang-layang membuat struktur anatomi tubuh anak anak kita akan dapat tumbuh dan berkembang dengan normal, karena aktivitas bermain layang-layang melibatkan semua bagian tubuh bergerak secara aktif dan proporsional. Ini tentu jauh lebih sehat jika dibandingkan dengan permainan berbasis gadget, yang justru berpotensi membuat anak mengalami cidera karena aktivitasnya lebih banyak duduk, menunduk dan menatap layar, dan juga cenderung asosial alias kurang bergaul.
Makin sore, langit Uluan Nughik makin rame dipenuhi dengan beragam layangan, dari berbagai jenis dan ukuran. Masyarakat sekitar yang mengikuti festival tidak kurang dari 145 peserta, umumnya menerbangkan layangan bapangan/sendaren, sedangkan Tim Pelangi Lampung menghiasai langit Tubaba dengan train delta, train naga, layangan parafoil, layangan kodi, plowform, stunkite, layangan nasa 2 tali dan juga revolusion.
Suasana cukup meriah hingga sore hari. Masyarakat sangat antusias menikmati festival, karena baru pertama kali diadakan di sekitaran Uluan Nughik ini. Sekalipun belum sepenuhnya puas, festival mesti diakhiri, satu per satu layangan kembali menyapa bumi, sambil terus berharap kiranya tahun depan dapat terbang kembali dalam event festival layangan yang jauh lebih besar dan meriah di bumi Uluan Nughik. Semoga! (Givan)
Komentar